Pasokan Batu Bara PLN 15 Hari Operasi, ESDM: Aman Sampai Akhir Tahun
Kementerian ESDM melaporkan pasokan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PLN berada pada level 15-20 hari operasi (HOP). Sehingga aman untuk pembangkitan listrik sampai akhir tahun ini.
"Kalau HOP mungkin sudah di atas 15 hari, di beberapa lokasi 20 hari. Aman," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Rida Mulyana saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (4/11).
Rida menambahkan, adanya faktor cuaca yang menjadi kendala tahunan sejauh ini belum mengganggu operasional PLN. Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara juga telah menerbitkan surat kepada para penambang agar menuntaskan kewajiban pengiriman batu bara ke PLN.
"Cuaca yang tidak bersahabat itu kan selalu berulang tiap tahun, namun sampai saat ini belum ada yang sampai menganggu operasional PLN," ujar Rida.
Pada kesempatan tersebut, Rida menuturkan bahwa Kementerian ESDM terus mendorong PLN untuk melaksanakan konversi pembangkit listrik tenaga fosil menuju pembangkit listrik yang bersumber pada gas dan energi terbarukan.
Program konversi secara bertahap akan menyasar ke 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga tahun 2025. "Pembangkit diesel mau kami ganti dengan gas dan EBT," ucap Rida.
Adapun harga batu bara masih menunjukkan tren penurunan. Harga di Pasar ICE Newcastle pada perdagangan Kamis, (3/11) bertengger di posisi US$ 353 per ton atau turun 9,02% dibandingkan harga pekan lalu yang berada di level US$ 388 per ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia memprediksi harga batu bara pada tahun depan berpotensi susut. Hal ini karena harga komoditas tambang tersebut sangat volatil, mengikuti fluktuasi permintaan yang cenderung naik-turun.
"Diperkirakan tahun depan harga batu bara bisa tertekan tetapi secara umum masih di level yang positif," kata Hendra lewat pesan singkat pada Senin (31/10).
Melansir Minerba One Data Indonesia (MODI), produksi penjualan batu bara hingga akhir Oktober mencapai 559,59 juta ton atau 83,9% dari target produksi akhir tahun sebanyak 663 juta ton. Selanjutnya, penjualan di pasar ekspor sejumlah 224,53 juta ton atau 45,15% dari rencana tahunan di angka 497,25 juta ton.
Sementara, penjualan dalam negeri sebesar 167,09 juta ton. Adapun realisasi penjualan ke PLN dengan harga domestic market obligation (DMO) US$ 70 per ton, berada di angka 128,76 juta ton atau 77,68% dari rencana tahun 2022 sebanyak 165,75 juta ton.
"Kalau tidak salah per 25 Oktober sudah 80% dari target produksi. Kalau kendala cuaca dan ketersediaan alat-alat berat itu sudah sejak awal menjadi salah satu kendala," ujar Hendra.