Garibaldi “Boy” Thohir buka-bukaan soal strategi transisi energi di perusahaan yang ia pimpin, Adaro Energi. Dia mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun porsi bisnis energi terbarukan perusahaan dapat mencapai 20%, salah satunya melalui pembangkit listrik tenaga air (hidro) dan surya.
Boy menegaskan bahwa dalam melakukan transisi energi, Adaro tidak akan meninggalkan bisnis batu bara. Batu bara akan tetap dipertahankan, dioperasikan sebaik mungkin sesuai good mining practices atau praktek pertambangan yang baik.
“Adaro akan bertransformasi, dalam artian transformasi tidak akan meninggalkan yang lama. Dalam jangka panjang kita akan masuk ke energi terbarukan, pembangkit listrik tenaga air dan pembangkit listrik tenaga surya,” ujarnya di Doha, Qatar, dikutip Selasa (20/12).
Dia menargetkan kontribusi energi terbarukan terhadap total pendapatan perusahaan dapat ditingkatkan menjadi 20% dalam 8-10 tahun ke depan. “Saya rasa mungkin katakanlah 8-10 tahun dari sekarang, kontribusi renewable energy bisa 20%,” kata kakak Menteri BUMN Erick Thohir ini.
Terkait pembangkit listrik hidro dan surya, Boy mengungkapkan bahwa Adaro berencana mengembangkannya di kawasan Kalimantan Utara (Kaltara).
“Di Kaltara kami punya lahan yang luas. Nanti PLTA itu ada bendungan yang luas, di atas bendungan itu bisa kami pakai untuk membangun panel surya di atas air, terapung. Potensinya luar biasa besar,” ujar Boy.
Meski demikian Adaro akan melakukan transisi energi secara bertahap. Menurut Boy, target perusahaan dalam melakukan transisi energi akan disesuaikan dengan target net zero emission Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.
“Taruhlah Indonesia bisa lebih cepat di 2050, pada saat itu lah saya akan melakukan transisi sesuai komitmen Indonesia kepada dunia. Adaro tentunya ingin berkomitmen secara positif. Tapi segala sesuatunya tak semudah membalikkan tangan,” kata dia.
Tiga Pilar Transisi Energi Adaro
Boy menjelaskan bahwa bisnis Adaro di masa mendatang akan terdiri dari tiga pilar. Pilar pertama, Adaro Energi, yakni bisnis eksisting pada sektor batu bara yang akan terus berjalan. “Ini akan menjadi cash cow-nya grup,” tukasnya.
Kemudian pilar kedua, Adaro Minerals. Menurut Boy, Adaro Minerals nantinya akan mengembangkan smelter aluminium, yang akan diperluas ke sumber mineral lainnya, hingga pada akhirnya masuk ke bisnis baterai kendaraan listrik.
“Indonesia punya bauksit, nikel, tembaga. Kalau kita bicara EV (electric vehicle) jantungnya itu di baterai. Siapa yang menguasai baterai, dia akan menguasai EV,” kata Boy.
Pilar ketiga adalah energi terbarukan, di mana dalam 8 hingga 10 tahun ke depan Adaro akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air dan surya yang akan digunakan untuk melistriki operasional perusahaan.
“Adaro akan menjadi satu-satunya industri yang akan memakai sumber energi terbarukan. Itu akan menjadi nilai premium, karena baterainya akan menjadi green battery, green aluminium, dan sebagainya. Mimpi saya ini tidak terlalu lama, 10 tahun dari sekarang bisa terealisasi,” tukasnya.