Smelter Nikel Vale di Bahadopi Resmi Dibangun, Gunakan Bahan Bakar LNG

Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek smelter nikel di Bahadopi, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2).
10/2/2023, 17.39 WIB

Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter nikel milik PT Vale Indonesia di Desa Bahomotope, Kecamatan Bahadopi, Morowali, Sulawesi Tengah resmi dimulai pada Jumat (10/2).

Peresmian pembangunan proyek itu ditandai dengan seremoni peletakan batu pertama atau groundbreaking yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Pengerjaan smelter berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) itu diproyeksikan membutuhkan waktu 2,5 tahun.

Smelter Bahadopi merupakan proyek kerja sama antara Vale dengan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan menerima suplai bahan baku dari tambang Vale yang berlokasi di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.

Proyek smelter dengan nilai investasi sekitar Rp 37 triliun itu sanggup mengolah 73.000 metrik ton nikel per tahun. Smelter ini diprediksi membutuhkan gas alam cair (LNG) sebanyak 22 juta British Thermal Unit (mmBtu) per tahun yang menghasilkan daya 500 megawatt (MW) untuk memenuhi 28% kebutuhan listrik smelter.

"Proyek ini adalah pabrik smelter hijau pertama yang saya lihat, basisnya LNG. Lokasi smelter ini juga dekat dengan lokasi bahan baku itu berada," kata Airlangga saat menyampaikan sambutan langsung di lokasi.

Guna menyediakan fasilitas LNG di di Blok Bahadopi, PT Vale Indonesia dan perusahan patungan TISCO dan Shandong Xinhai Technology akan menyisihkan dana US$ 300 juta dari nilai investasi US$ 2,1 miliar. Sementara itu, PT Vale Indonesia mengalokasikan dana senilai US$ 5 juta untuk keperluan riset dan pengembangan LNG.

Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy, menyatakan kontribusi smelter hijau ini mampu menekan pengeluaran emisi karbon hingga 2 juta ton per tahun. Hasil produk olahan berupa Feronikel ini akan dijadikan sebagai bahan baku produksi baja tahan karat.

Febri menyebut, Vale telah menjalin kerja sama dengan TISCO untuk produksi baja tahan karat. Langkah ini dinilai positif karena TISCO merupakan perusahaan manufaktur yang memiliki cakupan pasar luas.

"Kami sepakat akan kaji langsung pembangunan baja setelah pembangunan smelter agar bisa lebih dalam hilirisasinya," ujar Febri di lokasi yang sama.

Proyek ini diharapkan bisa menyerap tenaga kerja sekitar 12 15 ribu pekerja. Perusahaan juga berkomitmen untuk memaksimalkan tenaga kerja lokal sembari melaksanakan program peningkatan kompetensi pelatihan tenaga kerja.

"Sudah ada kelas keterampilan kelistrikan dan pengelasan, baru mulai dan akan kami tingkatkan volumenya untuk kemampuannya," kata Febri.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu