Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI menyatakan bahwa ekspor produk sawit Indonesia pada Agustus 2022 melonjak signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor produk sawit Indonesia juga naik meskipun harga CPO dunia sedang turun.
Berdasarkan catatan GAPKI, ekspor produk sawit Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 4.33 juta ton. Jumlah tersebut naik 1.63 juta ton dari Juli 2022 yang mencapai 2,7 juta ton.
Kenaikan ekspor tertinggi adalah jenis olahan CPO dari 1,92 juta ton pada Juli 2022 menjadi 2,97 juta ton pada Agustus 2022.
"Lonjakan ekspor yang terjadi pada bulan Agustus dikarenakan pemerintah memberikan relaksasi berupa zero levy yang diperpanjang sampai Oktober 2022, dan rencananya pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, akan memperpanjang sampai akhir tahun," ujar Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, melalui keterangan tertulis, Selasa (11/10).
Mukti mengatakan, relaksasi zero levy atau pungutan ekspor nol persen sangat membantu eksportir sehingga daya saing produk minyak sawit Indonesia makin baik di pasar global. Hal itu termasuk persaingan yang tinggi dengan minyak nabati lain.
Kenaikan volume ekspor diikuti dengan meningkatnya produk sawit nilai ekspor. Pada Agustus 2022, nilai ekspor produk sawit mencapai US$ 4,8 miliar, naik US$ 900 juta dibandingkan nilai ekspor produk sawit Juli 2022 sebesar US$ 3,8 miliar.
Kenaikan nilai ekspor tersebut terjdi di tengah penurunan harga CPO Cif Rotterdamturun dari US$ 1.203/ton pada Juli menjadi US$ 1.095/ton pada Agustus.
Kenaikan ekspor didukung oleh peningkatan produksi sawit. Pada Agustus 2022, produksi sawit mencapai 4,3 juta ton, naik 503 ribu ton dibandingkan Juli 2022 sebesar 3,8 juta ton.
Menurut Mukti, kenaikan produksi ini selain disebabkan oleh faktor musiman juga karena PKS sudah beroperasi secara normal. "Namun secara tahunan sampai dengan Agustus, produksi 2022 sebesar 31,6 juta ton adalah lebih rendah dari produksi 2021 sebesar 33,6 juta ton," ujarnya.