AS dan Arab Saudi Bentrok Terkait Pemangkasan Produksi Minyak OPEC+

Katadata
Logo OPEC. Keputusan OPEC+ memotong produksi minyak membuat hubungan Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto OPEC, dengan Amerika Serikat merenggang.
Penulis: Happy Fajrian
14/10/2022, 11.32 WIB

Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi memanas dipicu oleh keputusan kelompok OPEC dan sekutunya, yang lebih dikenal dengan sebutan OPEC+, memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bph) mulai November, meski ada keberatan dari Washington.

Pemerintah AS mengatakan pemangkasan produksi akan melambungkan harga ekonomi dan merugikan perekonomian dunia. Namun pemerintah Arab Saudi mengatakan bahwa penundaan pemangkasan produksi selama sebulan akan memiliki konsekuensi ekonomi yang negatif.

Gedung Putih menuding Saudi telah menekan anggota OPEC lainnya dalam proses pemungutan suara. Perselisihan ini semakin membuat panas hubungan kedua negara yang memiliki aliansi energi untuk keamanan selama beberapa dekade ini.

OPEC+, kelompok produsen yang terdiri dari anggota OPEC plus sekutu termasuk Rusia, pekan lalu mengumumkan pengurangan sebesar 2 juta bph untuk target produksinya meskipun pejabat AS telah melobi Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC selama berminggu-minggu untuk menentang langkah tersebut.

Pasalnya pemangkasan produksi dilakukan di tengah ketatnya pasar bahan bakar dunia, dengan persediaan di negara-negara ekonomi utama pada tingkat yang lebih rendah daripada ketika OPEC telah memangkas produksi di masa lalu.

Pemotongan OPEC+ telah menimbulkan kekhawatiran di Washington tentang kemungkinan harga bensin yang lebih tinggi menjelang pemilihan paruh waktu AS November, dengan Demokrat berusaha mempertahankan kendali mereka atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.

Presiden AS Joe Biden berjanji awal pekan ini bahwa "akan ada konsekuensi" untuk hubungan AS dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+. Ketika ditanya tentang situasi dengan Arab Saudi, Biden mengatakan kepada wartawan, “Kami akan berbicara dengan mereka.”

“Keputusan OPEC+ diadopsi melalui konsensus, dengan mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan permintaan dan ditujukan untuk membatasi volatilitas pasar,” kata kementerian luar negeri Saudi dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.

Pernyataan kementerian luar negeri Saudi merujuk pada konsultasi dengan Amerika Serikat sebelum pertemuan OPEC+ 5 Oktober di mana mereka diminta untuk menunda pemotongan selama sebulan.

“Kerajaan mengklarifikasi melalui konsultasi berkelanjutan dengan pemerintah AS bahwa semua analisis ekonomi menunjukkan bahwa menunda keputusan OPEC+ selama sebulan, menurut apa yang telah disarankan akan memiliki konsekuensi ekonomi negatif,” kata kemenlu Saudi.

Amerika Serikat menuduh Arab Saudi berkiblat ke Moskow, yang menolak pembatasan Barat atas harga minyak Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.

“Kami memberikan analisis kepada Arab Saudi untuk menunjukkan bahwa tidak ada basis pasar untuk memangkas target produksi, dan bahwa mereka dapat dengan mudah menunggu pertemuan OPEC berikutnya untuk melihat bagaimana perkembangannya,” kata juru bicara Gedung Putih Jack Kirby.

Dia menambahkan bahwa negara-negara OPEC lainnya mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa mereka merasa "dipaksa" untuk mendukung keputusan Saudi. Pernyataan kemenlu Saudi, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya, menekankan bahwa pemangkasan produksi minyak didasari oleh konteks ekonomi murni.

Permintaan minyak telah melemah di seluruh dunia, dengan OPEC, Departemen Energi AS, dan Badan Energi Internasional semuanya menurunkan perkiraan untuk permintaan 2023 minggu ini.

Namun, IEA pada hari Kamis menambahkan bahwa langkah OPEC dapat memperburuk permintaan, dengan mengatakan “harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi.”

Pernyataan Saudi mengatakan kerajaan memandang hubungannya dengan Amerika Serikat sebagai "strategis" dan menekankan pentingnya saling menghormati. Dewan Kerjasama Teluk (GCC) mengeluarkan pernyataan untuk mendukung komentar Arab Saudi yang memuji upaya kerajaan untuk melindungi pasar dari volatilitas.

Dalam penelitian pekan lalu, Goldman Sachs mengatakan dalam 25 tahun terakhir OPEC tidak pernah memangkas produksi ketika persediaan di negara-negara OECD yang terdiri dari 38 ekonomi terkaya di dunia - sangat rendah.

Saat ini persediaan minyak negara-negara OECD 8% di bawah rata-rata lima tahun mereka. Namun, mereka mencatat bahwa OPEC mengurangi produksi selama periode permintaan yang lemah.