Dibayangi Negosiasi Dagang AS-Tiongkok, Harga Minyak Dibuka Melemah
Harga minyak mentah dunia melemah pada pembukaan perdagangan hari ini (27/11). Ada dua faktor yang memengaruhi yakni negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan pertemuan negara-negara pengekspor minyak.
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent melemah US$ 25 sen menjadi US$ 64,02 per barel pada pembukaan hari ini. Begitu juga dengan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 14 sen menjadi US$ 58,27 per barel.
Vice President Tradition Energy di Stamford, Connecticut, Gene McGillian mengatakan, negosiasi dagang AS dan Tiongkok hampir mencapai kesepakatan tahap pertama. Negosiator utama kedua negara berbicara melalui telepon dan setuju untuk melanjutkan diskusi.
(Baca: Ada Optimisme Negosiasi Dagang AS-Tiongkok, Harga Minyak Menguat Tipis)
Diskusi itu berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan di Tiongkok. Pemerintah Negeri Tirai Bambu memanggil Duta Besar AS, Senin (25/11) lalu terkait protes pasal UU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong yang disetujui Kongres AS.
"Pendukung utama harga (minyak) yakni gagasan bahwa akan ada pelonggaran perang dagang,” kata McGillian dikutip dari Reuters, Rabu (27/11). Jika ada perbaikan dari kondisi perang dagang, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan dampaknya terhadap permintaan minyak bakal hilang dari pasar.
Harga minyak pada perdagangan hari ini juga dipengaruhi oleh pertemuan negara-negara pengekspor minyak alias Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) di Wina pada 5 Desember. Acara ini bakal dihadiri banyak produsen minyak, termasuk Rusia.
(Baca: Pembahasan Lambat, Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Fase II Diragukan)
Negara-negara tersebut dikenal sebagai OPEC +, yang sepakat untuk memangkas produksi. Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan kepada Reuters, negara-negara OPEC harus membuat keputusan tepat untuk ekonomi global yang tidak menentu.
Ia memperkirakan, pertumbuhan produksi minyak di negara-negara non-OPEC terutama AS, Brasil, Norwegia dan Guyana pesat. “Akan ada banyak minyak di pasar. Saya berharap mereka (OPEC) membuat keputusan yang tepat untuk diri mereka sendiri dan ekonomi global,” kata Fatih.
Berdasarkan data kelompok industri American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah AS naik 3,6 juta barel pekan lalu menjadi 449,6 juta. Padahal, analis memperkiraan persediaan minyak AS turun menjadi 418.000 juta barel.
(Baca: OPEC Siap Perpanjang Penurunan Produksi, Harga Minyak Terkerek Naik)