Ciri-ciri Tubuh Terpapar Corona yang Perlu Diwaspadai

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa.
Petugas kesehatan mengukur suhu tubuh guru sebelum mendapatkan vaksin COVID-19 di Puskesmas Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (8/4/2021). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan sebanyak 5,5 juta guru dan tenaga pendidik mengikuti vaksinasi COVID-19 sampai akhir Juni 2021.
Editor: Safrezi
1/3/2022, 15.52 WIB

Pandemi COVID-19 masih terus berlangsung di Indonesia dan seluruh dunia. Hingga Senin (28/2) ada tambahan 25.054 kasus baru di Indonesia. Seperti yang diketahui, COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yaitu salah satu jenis virus Corona. 

Mengutip buku Pengendalian COVID-19, virus SARS-CoV-2 merupakan virus yang memiliki genom berupa RNA beruntai tunggal sehingga virus tersebut dapat bermutasi.

Suatu varian memiliki satu atau lebih mutasi yang membedakannya dari varian virus Corona lainnya. Sejauh ini, terdapat sejumlah mutasi virus Corona yang telah didokumentasikan selama pandemi ini.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO membedakan mutasi virus SARS-CoV-2 menjadi Variant of interest (VOI) dan variant of concern (VOC). Klasifikasi VOC adalah varian Alpha, Betta, Gamma, Delta, dan Omicron. Sedangkan klasifikasi VOI adalah varian Lambda dan Mu.

Gejala COVID-19 diantara berbagai varian tersebut hampir sama, seperti batuk, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan anosmia.

Ciri-ciri Tubuh Terpapar Corona

Berikut ciri-ciri tubuh terpapar Corona yang perlu diwaspadai.

1. Demam

Demam merupakan ciri-ciri tubuh terpapar Corona yang paling umum. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dan seringkali menandakan suatu penyakit, termasuk COVID-19. Demam menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi dalam tubuh.

Pada orang yang terinfeksi COVID-19, suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 38°C. Suhu tubuh rata-rata adalah 37°C, tetapi suhu tubuh normal dapat berkisar antara 36,1°C dan 37,2°C atau lebih. Suhu tubuh dapat bervariasi tergantung tingkat aktivitas atau waktu.

Tidak semua orang yang terjangkit COVID-19 akan mengalami demam. Berdasarkan riset dalam jurnal PLOS One, sebanyak 78% dari sekitar 25.000 orang dewasa yang terpapar COVID-19 mengalami demam.

Mengutip Cleveland Clinic, demam terjadi ketika virus masuk ke dalam tubuh, mulai dari selaput lendir hingga ke aliran darah. Kemudian sistem kekebalan tubuh melepaskan bahan kimia inflamasi yang meningkatkan panas dalam tubuh dan meningkatkan suhu inti tubuh yang bertujuan untuk membunuh virus.

Jika suhu tubuh mencapai 38°C atau lebih tinggi, lakukan tes COVID-19. Berikut suhu demam sesuai usia yang perlu diwaspadai saat tubuh terpapar Corona:

  • Bayi: Suhu rektal 38°C atau lebih tinggi.
  • Balita dan anak-anak: Suhu di atas 39°C.
  • Dewasa: Suhu di atas 38°C.

2. Batuk

Kebanyakan penderita COVID-19 mengalami batuk kering. Tubuh yang terpapar Corona dapat mengalami batuk kering disertai tenggorokan kering, gatal, sakit, atau kasar. Mungkin juga ada sensasi gelitik di tenggorokan.

Sebuah riset dari jurnal The Lancet mengemukakan bahwa 60–70% penderita COVID-19 mengalami batuk kering. Batuk dapat bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah terinfeksi virus Corona.

Sebagian besar penderita COVID-19 tampaknya mengalami batuk kering satu hari setelah terpapar dan berlangsung selama sekitar 19 hari. Sebanyak 5% partisipan penelitian melaporkan batuk yang bertahan selama kira-kira 4 minggu setelah terpapar.

Riset serupa juga diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia. Sekitar 68% dari 55.000 penderita COVID-19 melaporkan mengalami batuk kering. Batuk kering adalah batuk yang tidak mengeluarkan dahak atau lendir.

Batuk merupakan reaksi tubuh untuk membersihkan paru-paru dan saluran napas. Jika batuk kering disertai dengan demam di atas 38°C, segera lakukan tes COVID-19. Jika Anda merasa batuk yang menyesakkan paru-paru, ada baiknya untuk memantau kadar oksigen menggunakan oximeter.

3. Anosmia

Anosmia termasuk ciri-ciri tubuh yang terpapar Corona. Anosmia adalah kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. Mengutip buku COVID-19: Seribu Satu Wajah, anosmia umumnya disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di rongga hidung yang membuat bau atau aroma tertentu tidak bisa terdeteksi oleh saraf di dalam hidung.

Penyebab anosmia pada Covid-19 masih belum diketahui dengan jelas. Tetapi, ada dugaan bahwa kondisi ini terjadi akibat peradangan dalam rongga hidung yang disebabkan virus Corona atau SARS-CoV-2 terhirup. Virus tersebut masuk dan mengakibatkan hilangnya kemampuan sel olfaktori dalam mendeteksi kandungan zat yang terhirup.

Melansir laman Universitas Gadjah Mada, kemampuan penciuman dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia pada pasien Covid-19 cukup beragam. Anosmia  bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan.

Serupa dengan itu, studi dalam Journal of Internal Medicine  menunjukkan, sebanyak 15% pasien COVID-19 mengalami anosmia selama lebih dari 60 hari dan kurang dari 5% mengalaminya selama lebih dari enam bulan.

Penelitian lain oleh Virginia Commonwealth University menemukan, indera penciuman atau perasa dapat kembali normal dalam waktu enam bulan bagi penyintas COVID-19. Mereka yang berusia di bawah 40 tahun lebih mungkin untuk memulihkan indra ini daripada orang dewasa yang lebih tua.

4. Sesak napas

Tubuh yang terpapar virus Corona berpotensi mengalami sesak napas. Sesak napas dikenal secara medis sebagai dyspnea. Penderita COVID-19 mungkin merasa tidak dapat menarik napas atau bernapas dalam-dalam karena paru-paru merupakan organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19.

Melansir publikasi Johns Hopkins Medicine, COVID-19 dapat menyebabkan komplikasi paru-paru seperti pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut atau Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan bahwa 31–40% penderita COVID-19 mengalami sesak napas. Sesak napas akibat COVID-19 biasanya terjadi beberapa hari setelah terinfeksi. Namun, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala ini sama sekali.

Saat terpapar virus Corona, respons imun mengganggu peredaran oksigen. Sel darah putih melepaskan molekul inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin. Sel tersebut mengumpulkan lebih banyak sel kekebalan untuk membunuh sel yang terinfeksi SARS-CoV-2. Akibatnya, lapisan pada saluran udara menjadi teriritasi dan meradang.

Paru-paru yang terinfeksi virus Corona mengalami kesulitan untuk mendapatkan cukup oksigen ke dalam aliran darah. Kekurangan oksigen dalam darah membuat tubuh bernafas lebih keras dan cepat untuk mencoba mendapatkan lebih banyak oksigen.

Beberapa orang yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami sesak napas jika:

  • Berusia 65 tahun ke atas.
  • Merokok
  • Memiliki diabetes, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau penyakit kardiovaskular.
  • Memiliki sistem kekebalan yang terganggu.

Agar kadar oksigen dalam darah dapat terpantau, gunakan oximeter. Kadar oksigen normal dalam tubuh manusia adalah 95% hingga 100%. Kadar oksigen dibawah 85% menandakan bahwa tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan membutuhkan penanganan. Sementara nilai saturasi oksigen yang kurang dari 70% merupakan kondisi yang membahayakan sehingga harus segera ditangani.

Itulah ciri-ciri tubuh terpapar Corona yang perlu diwaspadai.