Hitung-hitungan Jokowi Godok Kenaikan Harga BBM, Apa Saja Faktornya?

ANTARA FOTO/Umarul Faruq/YU
Presiden Joko Widodo (kanan) membagikan kaos saat menghadiri Konser Satu Komando Sapu Lidi di Stadion Gelora 10 November Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (21/8/2022).
23/8/2022, 20.50 WIB

Kepuasan Masyarakat

Kenaikan harga BBM kemungkinan juga akan berdampak pada kepuasan masyarakat terhadap Jokowi. Hal ini terlihat usai mantan Wali Kota Solo itu mengerek harga bahan bakar pada November 2014 lalu.

Dari survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), kepuasan responden terhadap Jokowi sempat anjlok hingga 44,4% di bulan November 2014. Sebagai perbandingan, dalam survei yang juga digelar LSI pada Juli 2022, sebanyak 64% responden puas.

Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto juga mengatakan tak ada waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM dari sisi kepuasan masyarakat. Meski demikian, ia melihat adanya sejumlah pertimbangan mengapa saat ini menjadi waktu yang ideal.

Pertama, adanya stabilitas kepuasan publik terhadap kinerja publik usai anjlok di saat pandemi. Kedua, koalisi partai politik yang realtif solid mendukung pemerintah. Ketiga, posisi oposisi yang tidak terlalu kuat.

Arif memprediksi akan ada tekanan terkait kepuasan masyarakat kepada Jokowi jika menaikkan harga BBM. Namun Presiden memiliki waktu minimal setahun untuk membalikkan situasi.

"Kalau soal daya beli itu bisa dijawab dalam waktu kurang dari setahun, maka bisa positif," katanya kepada Katadata.co.id, Senin (22/8).

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan Jokowi sudah tak seharusnya lagi memikirkan momentum dalam menaikkan harga BBM. Hal ini lantaran Presiden tak memiliki lagi beban politik.

"Karena Presiden sudah tak perlu lagi mempertimbangkan citra politik," kata Hendri.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Abdul Azis Said