Pertamina menyampaikan bahwa perusahaan telah menggeluarkan anggaran Rp 10 triliun untuk menahan harga Pertamax di bawah harga keekonomiannya yang lebih murah ketimbang harga bahan bakar sejenis yang ditawarkan oleh SPBU swasta.
Meski bukan BBM bersubsidi, Pertamina menjual Pertamax di bawah harga keekonomiannya sepanjang 2022. Sebagai korporasi milik negara yang juga menjalankan tugas pelayanan publik, perseoran harus menanggung selisih harga jual dengan harga keekonomian Pertamax.
Selama tiga bulan pertama 2022 Pertamax dijual di harga Rp 9.000 per liter. Lalu naik per 1 April menjadi Rp 12.500 per liter, setelah harga minyak melambung ke level tertingginya sejak 2008 di level US$ 139,13 per barel pada awal Maret.
Lalu Pertamina menaikkan harga Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter pada September, bersamaan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi Pertalite dan solar. menjadi Rp tahun lalu. Namun kenaikan harga ini hanya bertahan selama satu bulan karena pada 1 Oktober harganya diturunkan menjadi Rp 13.900 per liter.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa Pertamina menanggung selisih harga jual dengan harga keekonomian sejak Januari hingga Agustus 2022. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memberi stimulus untuk menggerakkan perekonomian setelah meredanya Pandemi Covid-19.
“Waktu yang Januari sampai Agustus 2022 ketika harga minyak naik, pemerintah masih mempertahankan harga Pertamax, yang harus jadi beban pemerintah melalui Pertamina Rp 10 triliun,” kata Nicke saat menggelar konferensi pers di SPBU Pertamina MT Haryono Jakarta pada Selasa (3/1).
Langkah Pertamina untuk menurunkan harga jual pada BBM non subsidi berangkat dari melandainya harga minyak mentah dunia. Sepanjang Desember harga minyak mentah Brent sempat turun hingga ke level US$ 76,10 per barel dan WTI di US$ 71,02. Sedangkan hari ini, Selasa (3/1) Brent berada di level US$ 85,41, sedangkan WTI US$ 79,82.
Harga minyak mentah Brent yang berada di kisaran US$ 85,41 per barel saat ini jauh lebih rendah dari reli harga minyak pada awal pembentukan harga Pertamax senilai Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jawa-Bali pada Oktober lalu. Saat itu, harga minyak Brent berada di angka US$ 91,59 per barel.
Seiring dengan harga minyak yang lebih rendah, Pertamina menyesuaikan harga Pertamax dan Dex. Nicke menyebut harga penyesuaian ini paralel dengan harga keekonomian atau harga wajar-nya. "Rp 12.800 itulah harga keekonomian Pertamax (Jawa-Bali)," kata Nicke.