Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed berkomentar mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan lagi secara signifikan. Setelah pengumuman ini, harga kripto seperti bitcoin dan ethereum kompak anjlok.

Berdasarkan laman CoinMarketCap per Pukul 10.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak menurun tipis dalam 24 jam terakhir.

Harga bitcoin anjlok 1,77% ke US$ 22.757 per keping. Sedangkan harga ethereum melorot 2,07% ke US$ 1.598.

Lalu XRP, solana, dan dogecoin turun masing-masing 6,11%, 7,58% dan 4,32%.

Penurunan terjadi setelah pejabat The Fed berkomentar mengenai potensi kenaikan suku bunga acuan kembali secara signifikan. “Kegugupan investor pada Rabu ini cukup untuk menekan pasar,” kata Trader Tokocrypto Afid Sugiono dalam keterangan pers, Rabu (3/8).

CNBC Internasional melaporkan, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menyebut masyarakat AS masih berjuang menghadapi harga tinggi. Hal ini membuat pekerjaan bank sentral untuk menurunkan inflasi masih jauh dari kata usai.

Secara terpisah, Presiden The Fed Chicago Charles Evans menyebut ada peluang kenaikan suku bunga lagi secara signifikan di pertemuan mendatang. Namun, ia berharap ini bisa dihindari. Setidaknya, ia memperkirakan kenaikan bunga 50 bps pada pertemuan September.

Selain itu, ada sentimen kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan. Kunjungan ini dinilai bisa memicu konfrontasi baru antara AS dengan Cina, serta mengganggu perekonomian global.

“Pasar aset berisiko mengalami tekanan pasca-perjalanan Pelosi ke Taiwan yang bisa menimbulkan ketegangan geopolitik yang melibatkan Cina. Jika pasar saham anjlok, bukan tidak mungkin berpengaruh ke kripto,” kata Afid.

“Kemudian, Taiwan sebagai produsen semikonduktor, termasuk cip, bila terjadi ketegangan, akan mengganggu pasokan dan berpengaruh pada penambangan kripto,” tambah dia.

Menurutnya, pola pergerakan pasar kripto masih sulit menampilkan performa terbaik pekan ini. Hal ini karena banyak investor sudah melakukan aksi ambil untung atau profit taking.

Di saat bersamaan, volume perdagangan terlihat tipis sejak Senin (1/8). Maka, ada kemungkinan investor menunggu dan melihat (wait and see) dalam berinvestasi kripto, termasuk bitcoin.

"Volume transaksi, khususnya bitcoin dari data on-chain terpantau sideways, meski harganya sempat naik pekan lalu. Investor juga berubah haluan untuk tidak melakukan akumulasi ketika bitcoin gagal tembus level resistance US$ 23.000. Alhasil, investor memilih aksi profit taking daripada akumulasi," kata Afid.

Meski begitu, menurutnya koreksi harga saat ini tergolong normal di pasar kripto. Biasanya harga bitcoin hingga ethereum terkoreksi atau retest lebih dahulu, sebelum melaju tinggi lagi. 

"Jadi, perilaku investor saat ini normal. Jika besarnya aksi ambil untung ini meningkat dalam beberapa minggu ke depan, mereka dapat bertindak sebagai katalis untuk kelanjutan bearish lainnya dalam jangka pendek," ujar dia.