Total Transaksi GoTo Jelang IPO Rp325 Triliun, Bakar Uang Rp6 Triliun

Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi Tokopedia dan Gojek
Penulis: Desy Setyowati
15/3/2022, 15.39 WIB

GoTo bersiap menawarkan saham perdana ke publik alias Initial Public Offering (IPO). Perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia ini mencatatkan nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) Rp 325 triliun selama sembilan bulan pertama 2021.

“GTV pada kuartal III 2021 mencapai Rp 120,7 triliun,” demikian dikutip dari prospektus awal GoTo, Selasa (15/3).

Pendapatan bruto GoTo selama selama tujuh bulan pertama 2021 Rp 11,8 triliun. Sedangkan khusus pada kuartal III 2021 saja diperkirakan Rp 4,5 triliun.

Rincian GTV setiap layanan GoTo selama sembilan bulan pertama 2021 dan proyeksi pada kuartal III 2021 sebagai berikut:

 GTVPendapatan Bruto
9 bulan pada 20219 bulan pada 20209 bulan pada 20219 bulan pada 2020
Layanan on-demandRp 34,5 triliunRp 29,8 triliunRp 7 triliunRp 5,5 triliun
E-CommerceRp 167,7 triliunRp 112,8 triliunRp 4,4 triliunRp 2,3 triliun
FintechRp 142 triliunRp 80,4 triliunRp 794,5 miliarRp 849,8 miliar
Segmen lainnya--Rp 270,9 miliarRp 739,3 miliar
Eliminasi antar-perusahaan(Rp 19,3 triliun)(Rp 13,8 triliun)(Rp 662 miliar)(Rp 868 miliar)
TotalRp 324,9 triliunRp 240,9 triliunRp 11,8 triliiunRp 8,5 triliun

Sedangkan promosi untuk pelanggan atau biasa disebut bakar uang mencapai Rp 4,4 triliun selama semester I 2021. Sedangkan jika dihitung dengan kuartal III atau selama sembilan bulan 2021, nilainya Rp 6,5 triliun.

Jumlahnya meningkat dibandingkan sembilan bulan 2020 Rp 3,9 triliun.

Rincian nilai promosi yang diberikan kepada pelanggan sebagai berikut:

7 bulan 2021202020192018
Layanan on-demandRp 3,6 triliunRp 4,9 triliunRp 6,2 triliunRp 2,8 triliun
E-CommerceRp 682,9 miliar---
FintechRp 114,5 miliarRp 142,7 miliarRp 153,9 miliarRp 27,9 miliar
Segmen lainnya-Rp 46,4 miliarRp 19,7 miliar
TotalRp 4,4 triliunRp 5,1 triliunRp 6,4 triliunRp 2,9 triliun

Secara keseluruhan, induk Gojek dan Tokopedia tercatat masih merugi Rp 16,7 triliun pada 2020. Sedangkan kerugian selama selama tujuh bulan pertama 2021 Rp 8,14 triliun. GoTo pun bersiap untuk melantai di bursa saham.

Dalam prospektus IPO GoTo yang dirilis, mereka akan menerbitkan 52 miliar lembar saham baru atau 4,35% dari modal yang ditempatkan dan disetor.

Perusahaan patungan Gojek dan Tokopedia itu menargetkan Rp 17,9 triliun dari IPO tersebut. GoTo menawarkan saham Rp 316 sampai Rp 346 per lembar kepada masyarakat.

Mereka menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Layanan Keuangan GoTo

Layanan keuangan GoTo termasuk GoPay, GoPaylater hingga Moka. Pendapatan GoTo dari layanan ini Rp 601 miliar selama selama tujuh bulan pertama 2021.

Sedangkan pada kuartal III 2021, GTV layanan keuangan GoTo diperkirakan Rp 54,7 triliun. Pendapatan brutonya diprediksi Rp 261 triliun.

Dalam konferensi pers awal November 2020, CEO Group GoTo Andre Soelistyo, yang saat itu menjabat Co-CEO Gojek menyampaikan, transaksi GoPay meningkat 2,7 kali lipat secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020.

"Itu didorong oleh pembelanjaan dari e-commerce, game, dan transaksi dalam berbagai aplikasi," kata Andre, saat itu (12/10/2020).

GoPay juga mencatatkan peningkatan tansaksi pada fitur PayLater sebesar 2,7 kali lipat. Sedangkan fitur donasi meningkat dua kali lipat.

Kemudian, transaksi layanan kebutuhan pokok atau groceries di Gojek mencatatkan peningkatan hingga 500%.

Setelah IPO, GoTo bakal mengandalkan ekosistem dan memperluas layanan. "Pada GoTo Finansial, ada GoPay yang kami andalkan tidak hanya sebagai platform pembayaran, tapi juga untuk menabung dan investasi dengan aman serta nyaman," ujar Andre dalam Due Diligence Meeting and Public Expose IPO GoTo, Selasa (15/3).

GoTo juga menambah sejumlah layanan pada platform GoTo Financial lainnya, seperti Moka, GoStore hingga GoBiz. Ini akan menjadi solusi bagi pelaku usaha dalam meningkatkan produktivitas serta menurunkan biaya operasional.

Sedangkan layanan kuangan Grab mencatatkan volume pembayaran total (TPV) US$ 2,9 miliar atau meningkat 66% yoy pada kuartal II 2021. Pertumbuhannya 18% pada kuartal I 2021, namun tidak disebutkan angkanya pada laporan keuangan.

Penjualan bersih yang disesuaikan untuk jasa keuangan Grab selama semester I 2021 US$ 49 juta. Sedangkan pendapatan jasa dari divisi ini US$ 14 juta.

Awal tahun ini, Grab memperkirakan TPV Pra-InterCo layanan keuangan US$ 3,1 miliar hingga US$ 3,2 miliar.

GoTo dan Grab juga bersaing di bisnis keuangan dengan induk Shopee, Sea Group melalui Sea Money. TPV ShopeePay di bawah Sea Money lebih dari US$ 4,1 miliar pada kuartal II 2021, meningkat hampir 150% yoy.

Sedangkan jumlah pengguna yang membayar setiap tiga bulan melalui ShopeePay mencapai 32,7 juta.

Sea Group memperkirakan, pendapatan layanan keuangan digital seperti ShopeePay dan Sea Bank, antara US$ 1,1 miliar - US$ 1,3 miliar tahun ini. Ini berarti, ada peningkatan 155,4%.

“Kami mengharapkan Shopee mencapai EBITDA positif yang disesuaikan sebelum alokasi biaya, di Asia Tenggara dan Taiwan tahun ini. Lalu SeaMoney mencapai arus kas positif tahun depan,” ujar Chief Executive Officer Sea Grup Forrest Li dalam keterangan pers, dua pekan lalu (1/3).

Tokopedia vs Shopee

Pendapatan bruto layanan e-commerce Tokopedia selama tujuh bulan pertama 2021 mencapai Rp 3,3 triliun. Pada kuartal III 2021, perusahaan memperkirakan pendapatan bruto Rp 1,8 triliun.

Sedangkan “GTV pada kuartal III 2021 diproyeksikan Rp 60,74 triliun,” demikian dikutip dari prospektus awal IPO GoTo.

Berdasarkan laporan IndoPremier tentang GoTo, Tokopedia menggaet sekitar 12 juta mitra penjual. Jumlah pengguna aktif bulanan atau MAU 100 juta lebih.

Ada 595 juta jenis barang atau stock keeping unit yang dijual di platform Tokopedia. Selain itu, 4.000 produk digital seperti pulsa dan tagihan.

Indopremier mencatat, Tokopedia memimpin dari sisi jumlah kunjungan pengguna ke aplikasi pada kuartal IV, yakni 173,6 juta. Shopee di urutan kedua dengan 113,1 juta kunjungan.

Disusul oleh Bukalapak (16,4 juta), Lazada (16,3 juta), Blibli (16 juta), dan JD.ID (2,5 juta).

Jumlah pesanan di Tokopedia diperkirakan 76,5 juta selama kuartal III 2021. Frekuensi belanja konsumen di platform diproyeksikan 7,5 juta kali.

Sedangkan Shopee mencatatkan GMV meningkat 80,6% yoy menjadi US$ 16,8 miliar atau sekitar Rp 240 triliun pada kuartal III 2021. Pesanan kotor US$ 1,7 miliar, naik 123,2%.

Pendapatan Shopee mencapai US$ 1,5 miliar pada kuartal III 2021 atau meningkat 134,4%.

Secara keseluruhan 2021, pendapatan Shopee melonjak 136,4% menjadi US$ 5,1 miliar. Pesanan kotor mencapai 6,1 miliar atau naik 116,5%. GMV meningkat 76,8% menjadi US$ 62,5 miliar.

Namun laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan menurun dari minus US$ 1,3 miliar menjadi negatif US$ 2,6 miliar. Kerugian EBITDA yang disesuaikan per pesanan meningkat 8,7% menjadi US$ 420 juta.

Shopee memperkirakan bisa meraup pendapatan US$ 8,9 miliar – US$ 9,1 miliar (Rp 128,3 triliun – Rp 131,1 triliun) tahun ini. Pada 2021, e-commerce ini meraih US$ 5,1 miliar.

“Peningkatannya 75,7% yoy dibandingkan 2021,” kata perusahaan dalam keterangan resmi, dua pekan lalu (1/3). Ini artinya, pertumbuhan pendapatan Shopee melambat dibandingkan 2021 136,4%.

Gojek vs Grab

GTV layanan on-demand Gojek Rp 26,3 triliun selama tujuh bulan pertama 2021. GTV itu mencakup transaksi GoFood, GoRide, GoCar hingga GoSend.

“GTV pada kuartal III 2021 diperkirakan Rp 12,6 triliun demikian dikutip dari prospektus awal GoTo, Selasa (15/3).

Pendapatan bruto Gojek dari layanan-layanan itu Rp 5,2 triliun selama tujuh bulan pertama 2021. Sedangkan pada kuartal III 2021 diproyeksikan Rp 2,7 triliun.

"Gojek menjadi pelopor pemberdayaan ojek online. Ada 2,5 juta mitra pengemudi," kata CEO Gojek Kevin Aluwi saat konferensi pers, Selasa (15/3).

Pertumbuhan tahunan majemuk atau CAGR transaksi layanan taksi dan ojek online Gojek 37% di Indonesia, berdasarkan perhitungan technology acceptance model (TAM). Nilai transaksinya US$ 1,2 miliar pada 2020, dan diperkirakan US$ 5,5 miliar pada 2025.

Sedangkan CAGR transaksi GoFood 23%. Nilai transaksinya US$ 3,7 miliar pada 2020, dan diprediksi US$ 10,5 miliar pada 2025.

Kemudian, CAGR GoSend hingga GoBox 30%. Nilai transaksinya US$ 600 juta pada 2020, dan diramal US$ 2 miliar pada 2025.

Rincian angka-angkanya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Rincian transaksi Gojek (Indopremier)

Sebagai perbandingan, GMV layanan pengiriman Grab seperti GrabFood, GrabMart, dan Grab Express, mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,4 triliun selama semester I 2021. Ini karena Grab hadir di banyak negara di Asia Tenggara.

Sedangkan layanan taksi dan ojek online Grab mencatatkan GMV US$ 685 juta atau Rp 9,8 triliun selama kuartal II saja. Angka pada kuartal I tidak disebutkan dalam laporan keuangan, hanya pertumbuhannya 64% yoy.

Pada kuartal I 2022, Grab memprediksi GMV layanan pengiriman US$ 2,4 miliar hingga US$ 2,5 miliar. Lalu GrabBike dan GrabCar US$ 750 juta sampai US$ 800 juta.

Decacorn asal Singapura ini juga menargetkan bisnis GrabFood mencapai titik impas EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tahun depan.

“Target peningkatan GMV 30% - 35% yoy setiap kuartal tergantung pada kondisi Covid-19,” kata Grab dalam keterangan resmi, dua pekan lalu (3/3).

(REVISI: ada perubahan pada Judul, pengantar, dan sebagian isi karena memasukkan data terbaru yakni laporan sembilan bulan pertama di 2021, pada Pukul 16.15 WIB)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Cahya Puteri Abdi Rabbi