Kurang dari tiga bulan, setidaknya ada enam startup Indonesia yang menjalankan strategi merger dan akuisisi. Investor dari kalangan modal ventura menilai, langkah exit strategy ini akan menjadi tren tahun ini.
Yang terbaru, startup Chilibeli diakuisisi oleh WeBuy dari Singapura. Keduanya bergerak di bidang social commerce, atau bagian dari e-commerce.
Berdasarkan laporan McKinsey, social commerce adalah platform yang memfasilitasi jual-beli produk melalui media sosial. Sedangkan e-commerce memfasilitasi transaksi, termasuk pembayaran dan pengiriman.
Nilai akuisisi Chilibeli oleh WeBuy tidak diungkapkan. Startup asal Singapura ini hanya menyampaikan bahwa akuisisi bertujuan menciptakan sinergi yang lebih kuat.
"Sumber daya Chilibeli saat ini terdiri dari group leader, pergudangan, dan staf, semuanya sinergis dengan bisnis kami," kata CEO WeBuy Vincent Xue dikutip dari Asia Tech Daily, Selasa (15/3).
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro pada tahun lalu, memprediksi bahwa banyak startup menjalankan exit strategy pada 2022. "Opsi ini bisa memberikan likuiditas ke investor atau pendiri," ujar Eddi kepada Katadata.co.id, tahun lalu (16/8/2021).
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang berfokus memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian, seperti pencatatan saham perdana ke publik atau IPO, merger, dan akuisisi.
Ernst & Young (EY) pun mencatat, startup Indonesia masif merger dan mengakuisisi sejak tahun lalu. Ini bertujuan mendapatkan untung pada 2022.
Dalam laporan berjudul EY Global Capital Confidence Barometer, 98% perusahaan meninjau strategi dan portofolio secara komprehensif selama pandemi corona. Mereka bakal berfokus pada investasi.
Selain itu, 37% perusahaan berencana melakukan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi secara aktif selama pandemi Covid-19.
Ketika ditanya terkait strategi setahun, setelah awal pandemi 2020, 13% perusahaan mempertimbangkan untuk mengakuisisi. Ini untuk mengambil potensi pertumbuhan baru.
Riset PwC bertajuk Global M&A Industry Trends yang dirilis pada 2021 juga mencatat, volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi global meningkat 34% secara tahunan (year on year/yoy) pada semester II 2020.
Dari sisi nilai, meningkat 118%. Secara keseluruhan, volume merger dan akuisisi sepanjang semester II 2020 meningkat 18%. Sedangkan nilainya naik 94%.
Direktur Investasi BRI Ventures William Gozali menjelaskan, merger dan akuisisi biasanya berfokus pada efisiensi.
“Sekarang terlalu banyak (e-commerce agregasi suplai seperti Tokopedia dan Bukalapak). Nilainya bukan lagi di agregasi, tetapi kurasi. Jadi kalau dilihat merger dan akuisisi, tentu sektor ini,” kata dia dalam acara media gathering virtual Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) bertajuk ‘Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021’, November 2020 (2/11/2020).
Katadata.co.id mencatat, setidaknya ada enam startup yang telah menjalankan strategi merger dan akuisisi sejak awal 2022. Keenamnya yakni:
1. Chilibeli
Chilibeli berdiri pada 2019. Setahun kemudian, startup ini memperoleh pendanaan seri A US$ 10 juta atau sekitar Rp 157 miliar dari investor asal Amerika Serikat (AS) Lightspeed.
Perusahaan rintisan itu memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan petani, pemasok hingga konsumen. Di Indonesia, Chilibeli bersaing dengan Kedai Sayur, TaniHub, dan Sayurbox.
Dari sisi bisnis, Chilibeli menjalankan model perdagangan sosial, serupa dengan Evermos yang didukung Jungle Ventures. Startup ini menyediakan insentif kepada individu yang menjual berbagai produk muslim di aplikasi pemesanannya.
Chilibeli juga memberdayakan agen yang sebagian besar ibu rumah tangga. Mereka menciptakan nilai tambah bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi keluarga mitra.
Sejak berdiri pada Juli 2019 hingga 2020, bisnis Chilibeli rata-rata tumbuh 150% setiap bulan. Pada 2020, Chilibeli mengklaim telah menciptakan 300 lapangan pekerjaan langsung dan ribuan lapangan pekerjaan tak langsung bagi para mitranya di Indonesia.
Chilibeli juga mengembangkan layanan bernama Chilimart yang menyasar pelaku usaha mikro seperti tukang sayur hingga pemilik warung.
2. Zenius
Pesaing Ruangguru ini mengakuisisi Primagama pada Februari. Tujuannya, memperkuat ekosistem teknologi pendidikan.
Zenius akan memperluas jaringan Primagama melalui berbagai teknologi dan inovasi yang relevan. Tujuannya, menghadirkan pengalaman belajar terbaik bagi siswa.
3. Yummy Corp
Startup restoran berbasis komputasi awan alias cloud kitchen ini mengakuisisi Listee, platform penyedia layanan manajemen order dan penjualan melalui media sosial. Yummy Corp menggabungkan tim MyBrand dengan Listee.
4. Sirclo
Sirclo mengakuisisi startup penyedia solusi bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), termasuk warung, yakni Warung Pintar. Kedua startup ini bakal memperkuat posisi dalam bisnis solusi omnichannel bagi merek (brand), distributor, pelaku usaha hingga konsumen akhir.
5. Rukita
Startup properti Rukita mengakuisisi Infokost.Id, yang sebelumnya ada di bawah naungan perusahaan pembiayaan milik Grup Djarum yakni GDP Venture.
6. Merger Webtrace dan TractorHub
Startup sektor Business to Business (B2B) Webtrace dan TraktorHub menjalankan penggabungan atau merger menjadi Quipster. Perusahaan rintisan ini menawarkan solusi untuk sektor konstruksi, logistik, dan pertambangan.