Investor Ungkap Alasan Startup Marak PHK, Salah Satunya Perang Rusia

Business Institute Indonesia
Silicon Valley
Penulis: Desy Setyowati
30/5/2022, 14.29 WIB

AliExpress Russia yang berdiri pada 2019 mengoperasikan transaksi domestik dan lintas-batas.

Perusahaan bergantung pada penjualan lintas-batas untuk lebih dari tiga perempat bisnisnya.

CEO Snap Evan Spiegel pun mengatakan, perusahaan tertekan inflasi dan dampak perang Rusia - Ukraina. Selain itu, terpengaruh oleh perubahan kebijakan privasi iOS tahun lalu.

Dalam memo kepada karyawan, Spiegel menyebutkan bahwa laju perekrutan akan melambat. Perusahaan juga melakukan PHK.

Spiegel menambahkan, Snap akan mengisi kembali posisi jika karyawan saat ini pergi, selama peran tersebut menjadi prioritas tinggi.

Sedangkan Chief People Officer Tiket.com Dudi Arisandi menilai, startup bertujuan untuk untung. “Dari sisi Human Resources (HR), pada akhirnya yang paling mudah, barangkali untuk diselesaikan, ya orang. Maka, upaya pertama yang bisa dilakukan ya efisiensi dengan pengurangan orang,” ujarnya dalam acara Talk 2 Talk, Minggu (29/5).

Dia mencatat, startup di Indonesia yang melakukan PHK rerata yang diuntungkan dari pandemi corona. Sejak awal tahun, setidaknya ada empat perusahaan rintisan yang mengumumkan PHK yakni Tanihub, Zenius, LinkAja, dan JD.ID.

“Mereka sebelumnya merekrut, karena kebutuhannya banyak saat itu (awal pandemi corona). Ketika ternyata pandemi berhasil ditangani, yang terjadi adalah surplus orang,” ujar dia.

Menurutnya, kondisi saat ini mirip dengan gelembung dot com pada 1998 - 2000-an. Saat itu, sektor teknologi tren dan perusahaan merekrut banyak pekerja. Mereka melantai di bursa efek dan mencatatkan harga saham yang meroket.

Perusahaan dot-com saat itu banyak menjalankan model startup yang bereksperimen dengan cara-cara baru dalam berbisnis. Namun, mereka tidak punya arah bisnis yang jelas dan tidak stabil.

Kemudian, gelembung dot-com meledak dan harga saham perusahaan internet itu runtuh. Bahkan banyak di antaranya yang gulung tikar.

“Saya pernah mengalami, di satu perusahaan, pegawai di sektor IT dikurangi dan dipekerjakan di outsource. Kemudian muncul dot com,” ujar dia. “Secara pribadi, aku sudah tiga kali menghadapi kasus seperti sekarang ini.”

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan