Facebook dan Google mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas di tengah ancaman resesi Amerika Serikat (AS). Kedua raksasa teknologi ini juga mengungkit soal potensi pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Google meluncurkan upaya baru yang disebut ‘Simplicity Sprint’. Ini merupakan upaya meningkatkan efisiensi dan meningkatkan fokus pegawai.
Induk Google, Alphabet mengadakan pertemuan rutin pada pekan lalu (27/7). CEO Sundar Pichai menjabarkan laporan keuangan perusahaan sejak awal tahun yang terkena dampak ancaman resesi AS.
"Saya ingin memberikan beberapa konteks tambahan setelah kami berdiskusi, dan meminta bantuan Anda," kata Pichai dalam pertemuan itu, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (1/8).
"Jelas kita (Alphabet) menghadapi lingkungan makro yang menantang dengan lebih banyak ketidakpastian di depan,” tambah dia.
Dia meminta karyawan menciptakan budaya kerja yang lebih fokus pada misi, produk, dan pelanggan. “Kita harus memikirkan bagaimana dapat meminimalkan gangguan dan benar-benar meningkatkan standar keunggulan produk dan produktivitas,” ujarnya.
Pertumbuhan pendapatan induk Google melambat dari 62% pada kuartal II 2021 menjadi 13%. Padahal, pada periode ini, perusahaan mendapat manfaat dari pelonggaran aturan terkait Covid-19 dan belanja konsumen meningkat.
Alphabet pun menyetop sementara perekrutan dan memperlambat laju investasi hingga 2023. Selain itu, memperkenalkan inisiatif ‘Simplicity Sprint’ untuk mengumpulkan ide-ide pengembangan produk yang lebih cepat.
Perusahaan membuka kesempatan bagi karyawan untuk berbagi ide hingga 15 Agustus melalui survei internal. Pertanyaan dalam survei itu di antaranya:
Apa yang akan membantu Anda bekerja dengan kejelasan dan efisiensi yang lebih baik untuk melayani pengguna dan pelanggan?
Di mana kita harus menghilangkan hambatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan lebih cepat?
Bagaimana kita mengurangi pemborosan dan tetap berwirausaha dan fokus saat kita tumbuh?
Dalam pertemuan Rabu, para eksekutif membahas kekhawatiran karyawan tentang potensi PHK. Chief People Officer Google Fiona Cicconi mengatakan, perusahaan masih merekrut dan tidak memiliki rencana PHK sekarang.
Namun dia mengatakan bahwa PHK bukan tidak mungkin terjadi.
“Kami meminta tim untuk lebih fokus dan efisien. Kami juga sedang mencari tahu apa artinya itu sebagai perusahaan. Meskipun kami tidak dapat memastikan ekonomi di masa depan, kami saat ini tidak ingin mengurangi tenaga kerja Google secara keseluruhan,” ujar Cicconi.
"Saya benar-benar mengerti bahwa ada beberapa kecemasan seputar ini berdasarkan apa yang kami dengar dari perusahaan lain, dan apa yang mereka lakukan dan seperti yang disebutkan Sundar, kami masih merekrut untuk peran penting," tambah Cicconi.
Facebook Minta Karyawan Makin Produktif
Petinggi Meta memerintahkan jajaran manajer untuk mengidentifikasi kinerja karyawan. Induk Facebook ini disebut-sebut bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Berdasarkan sumber The Information, VP Remote Presence and Engineering Meta Maher Saba telah memberitahu manajer perusahaan untuk mengidentifikasi dan memberhentikan karyawan yang berkinerja buruk.
“Jika laporan adanya karyawan berkinerja rendah, mereka bukan yang kami butuhkan, mereka mengecewakan perusahaan ini,” kata Saba dikutip dari Gizmodo, dua pekan lalu (12/7). “Sebagai seorang manajer, Anda tidak dapat membiarkan seseorang menjadi netral atau negatif bagi Meta.”
Meta baru-baru ini juga mengisyaratkan bahwa PHK merupakan suatu kemungkinan. CEO Meta Mark Zuckerberg mengungkapkan bahwa perusahaan bermaksud memangkas perekrutan engineer 30% hingga akhir tahun ini.
"Jika harus bertaruh, saya akan mengatakan bahwa ini mungkin salah satu penurunan terburuk yang pernah kami lihat dalam sejarah baru-baru ini," kata Zuckerberg.
Sebelumnya, Meta menghentikan atau memperlambat perekrutan pada sebagian besar peran di tingkat menengah dan tingkat senior.