Indonesia Tidak Bisa Lawan Tren Penguatan Dolar

KATADATA
Bank Indonesia (BI) dinilai percuma melakukan intervensi untuk memperkuat rupiah dalam situasi tren penguatan dolar AS.
18/3/2015, 20.29 WIB

BI cukup menjaga menjaga stabilitasi rupiah dan pasar keuangan supaya tidak terlalu bergejolak dengan cara membeli obligasi yang jatuh. BI cukup menjaga rupiah sebanding dengan mata uang lainnya untuk menjaga daya saing secara nominal. Langkah BI ini akan efektif jika dibarengi dengan reformasi fiskal pemerintah. (Baca: Ekonografik: Rusia Kuras Devisa, BI Pilih Bertahan)

Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop berharap, pemerintah dapat meningkatkan ekspor produk manufaktur untuk memanfaatkan pelemahan kurs rupiah saat ini. Dengan demikian, pemerintah mesti mempercepat pembangunan infrastruktur. Hal ini akan menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

?Problem Indonesia adalah pertumbuhan ekspor yang melambat sejak 2011 seiring menurunnya harga komoditas,? kata dia di Jakarta, Rabu (18/3).

Dia menyebutkan tiga tantangan ekonomi Indonesia. Pertama, perlambatan ekonomi Cina yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia. Kedua, tren penguatan dolar AS. Ketiga, minimnya infrastruktur yang merupakan kunci utama untuk tumbuh secara berkelanjutan. (Baca: Ekonografik: 8 Cara Jokowi Selamatkan Rupiah)

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,2 persen pada 2015 dan 5,5 persen pada 2016. Hingga akhir pemerintahan Jokowi, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi maksimal sebesar 6 persen. ?Kalau infrastruktur dikerjakan cepat, mungkin kami tidak akan ragu-ragu untuk mengubah proyeksi pertumbuhan,? tutur Diop.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati