Pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro untuk penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara atau RAPBN 2022 kepada Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, Kamis (20/5). Dalam usulan ini, pertumbuhan ekonomi targetnya berada dalam kisaran 5,2% hingga 5,8%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, usulan tersebut mempertimbangkan berbagai dinamika, risiko ketidakpastian, potensi pemulihan ekonomi global dan nasional pada tahun depan
Pertimbangan lainnya adalah Covid-19 dapat terus dikendalikan dan fungsi intermediasi perbankan dapat kembali pulih. "Tentunya didukung oleh kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan sektor keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kondusif," katanya dalam Rapat Paripurna DPR Ke-18 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2020–2021.
Pemerintah juga mengusulkan inflasi yang terjaga dalam rentang 2% sampai 4% pada tahun depan. Kemudian, tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun ada di antara 6,32% hingga 7,27% dan nilai tukar berada dalam kisaran Rp 13.900 sampai Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat.
Untuk harga minyak mentah Indonesia, targetnya di US$ 55 hingga US$ 65 per barel. Lalu, lifting minyak bumi sebesar 686 ribu sampai 726 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi di kisaran 1,031 juta hingga 1,103 juta barel setara minyak per hari.
Di tengah kondisi pemulihan ini, Sri Mulyani menyebut optimisme harus terus terjaga dan tidak boleh ada kata menyerah. "Kami tetap berkomitmen menghadirkan pengelolaan fiskal yang sehat dan efektif sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan," ujarnya.
Pendapatan negara akan meningkat ke kisaran 10,18% sampai 10,44% terhadap produk domestik bruto (PDB), belanja negara 14,69% hingga 15,3% terhadap PDB, dan keseimbangan primer bergerak menuju positif di kisaran minus 2,31 sampai 2,65% terhadap PDB.
Sedangkan defisit anggaran targetnya semakin mengecil ke 4,51% sampai 4,85% terhadap PDB. Rasio utang juga akan tetap terkendali di rentang 43,76% hingga 44,28% terhadap PDB.
Sri Mulyani mengatakan, akselerasi pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran terbuka dapat ditekan di kisaran 5,5% sampai 6,2% pada tahun depan. Angka kemiskinan akan berada di rentang 8,5% hingga 9% dan rasio gini akan berkisar antara 0,376 sampai 0,378.
Selanjutnya, indeks pembangunan manusia ditargetkan meningkat ke rentang 73,44 hingga 73,48. Nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar nelayan (NTN) juga naik, masing-masing 102 sampai 104 dan 102 hingga 105.
ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Capai 5%
Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5% pada 2021 dan 5% pada 2022. Prediksi tersebut muncul di tengah perbaikan kondisi global dan rencana pembukaan ekonomi secara bertahap.
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, negara ini baru akan kembali ke jalur pertumbuhannya pada tahun depan. "Perkiraan tersebut seiring dengan pulihnya perdagangan secara berkelanjutan, kebangkitan sektor manufaktur, dan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang besar untuk 2021,” katanya pada 28 April lalu.
Pengeluaran rumah tangga akan mulai meningkat pada tahun ini seiring melajunya program vaksinasi dan makin banyaknya sektor perekonomian yang kembali beroperasi. Investasi diharapkan akan meningkat lagi bersamaan dengan membaiknya prospek ekonomi. Namun, laju pemulihan pembiayaan atau kredit masih akan tertinggal mengingat ketidakpastian sentimen investor.
Sementara itu, inflasi yang mencapai rata-rata 1,6% tahun lalu, diperkirakan akan naik ke 2,4% pada 2021, sebelum turun lagi ke 2,8% pada 2022. Angka inflasi ini masih berada dalam rentang target Bank Indonesia.