Nilai tukar rupiah dibuka melemah 52 poin ke level Rp 14.890 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Senin (22/8). Pelemahan rupiah terimbas menguatnya sentimen kenaikan suku bunga The Fed serta rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang bisa menambah tekanan inflasi domestik.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke level Rp 14.883 pada pukul 09.20 WIB. Tetapi ini belum kembali ke level penutupan akhir pekan lalu di Rp 14,838 per dolar AS.
Semua mata uang Asia lainnya terpantau melemah. Won Korea Selatan jatuh 0,95% pagi ini disusul yen Jepang 0,28%, dolar Taiwan dan peso Filipina 0,22%, baht Thailand 0,18%, ringgit Malaysia 0,17%, yuan Cina dan rupee India 0,13%, dolar Singapura 0,11% dan dolar Hong Kong 0,01%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah ke arah Rp 14.900, dengan potensi support di kisaran Rp 14.800 per dolar AS. Pelemahan rupiah salah satunya dipengaruhi risiko kenaikan inflasi lebih tinggi lagi jika harga BBM bersubsidi dinaikkan.
"Rencana kenaikan BBM yang bakal memicu inflasi dan bisa menurunkan daya beli masyarakat sehingga bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi, bisa memberikan tekanan ke rupiah," kata Ariston dalam risetnya, Senin (22/8).
Sejumlah menteri telah memberi sinyal kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menghindari pembengkakan lebih lanjut pada anggaran subsidi tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi dalam keterangannya sebelumnya menyebut Presiden Jokowi kemungkinan keputusa naik tidaknya harga BBM pada pekan ini.
Selain itu, pergerakan rupiah juga masih dominan dipengaruhi rencana kenaikan bunga The Fed. Pengaruh ini sudah terlihat dari indeks saham Asia yang bergerak negatif pada pagi ini.
Indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,66%, Hang Seng Hong Kong 0,89%, Kospi Korea Selatan 0,79%, Nifty 50 India 1,1% serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sudah melemah 0,55% pagi ini.
"Sentimen the Fed ini dipicu rilis Notulen Rapat the Fed pekan lalu dan komentar beberapa petinggi the Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga acuan terus berlanjut hingga akhir tahun karena tingkat inflasi AS yang masih tinggi," kata Ariston.
The Fed sudah mengumumkan kenaikan suku bunga 225 bps dalam empat pertemuannya terakhir, dengan dua kenaikan 75 bps secara beruntun pada Juni dan Juli. Pasar kini menanti pertemuan pembuat kebijakan bulan depan yang diperkirakan bisa menaikkan bunga 50-75 bps.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah juga akan tertekan hari ini di tengah penentuan suku bunga Bank Indonesia besok. Kurs garuda diramal bergerak di rentang Rp 14.800-Rp 14.950 per dolar AS.
"Pelaku pasar mengantisipasi pertemuan BI untuk kebijakan besok yang diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga, hal ini semakin membebani rupiah," kata Lukman dalam risetnya.
BI sudah menahan suku bunga acuannya di level 3,5% selama lebih dari setahun terakhir. Kebijakan terus tetap dipertahankan di tengah banyak bank sentral dunia sudah mulai menaikkan bunga, termasuk mayoritas bank sentral di kawasan Asia Tenggara.