Ia juga menjelaskan, terjadi penurunan ekspor untuk sejumlah negara. Penurunan tertinggi terjadi pada Pakistan yang turun US$ 301 juta, disusul Taiwan US$ 159,7 juta, Myanmar US$ 61 juta, Korea Selatan US$ 53,4 juta, dan Polandia US$ 51,8 juta.
Sementara itu, impor pada Agustus 2022 juga tercatat naik 3,77% dibandingkan bulan sebelumnya atau 32,81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan impor terjadi pada barang nonmigas sebesar 9,23% menjadi US$ 18,45 miliar, sedangkan impor migas turun 16,9% menjadi US$ 3,7 miliar.
"Impor migas secara tahunan masih tumbuh 80,63%, sedangkan impor nonmigas tumbuh 26,11%," katanya.
Berdasarkan penggunaannya, kenaikan impor secara bulanan terutama terjadi pada barang modal yang naik 18,14% menjadi US$ 3,54 miliar. Impor barang konsumsi naik 12,27% menjadi US$ 1,85 miliar, sedangkan bahan baku hanya naik 0,35% menjadi US$ 16,76 miliar.
Impor nonmigas terbesar pada bulan lalu masih berasal dari Cina mencapai US$ 6,57 miliar. Impor dari Cina juga mencatatkan kenaikan tertinggi dibandingkan bulan Juli sebesar US$ 633,9 juta. Kenaikan impor tertinggi selanjutnya dicatatkan Jerman sebesar US$ 142 juta dan Malaysia US$ 125 juta.
Di sisi lain, impor Indonesia dari beberapa negara pada bulan lalu tercatat turun. Impor dari Singapura turun US$ 73 juta, Argentina US$ 62,8 juta, dan Thailand US$ 45 juta.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus mencapai US$ 5,7 miliar, terutama disumbang oleh aktivitas perdagangan dengan India dan Amerika. Sementara neraca perdagangan dengan Cina mencatatkan defisit US$ 411,7 juta.