Tertekan Harga Batu Bara dan CPO, Neraca Perdagangan RI Diramal Anjlok

ANTARA FOTO/Andri Saputra/foc.
Foto udara pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk yang didatangkan dari Samarinda di Pelabuhan PLTU Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (4/1/2023). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat alokasi penggunaan batubara dalam negeri pembangkit dan industri dalam lima tahun ke depan akan naik 165 juta ton menjadi 208,5 juta ton di tahun 2025 yang didominasi oleh pembangkit listrik.
15/1/2024, 08.23 WIB

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 diperkirakan akan turun dibandingkan November. Penurunan ini dipengaruhi oleh komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO.

Selain itu, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia juga menunjukkan penurunan. Ini merupakan indikator ekonomi yang dibuat dengan melakukan survei terhadap sejumlah manajer bisnis di sektor manufaktur.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan data neraca perdagangan pada siang hari ini, Senin (15/1) pukul 11.00 WIB.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, surplus perdagangan akan berlanjut pada bulan Desember 2023, meskipun dengan nilai yang menurun. Neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 2,00 miliar atau turun dari surplus US$ 2,41 miliar pada bulan November 2023.

“Meskipun harga komoditas relatif stabil di bulan Desember 2023, komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia menunjukkan penurunan. Hal ini mengindikasikan perlambatan permintaan global,” ujar Josua dalam risetnya, Senin (15/1).

Ekspor Desember 2023 juga diperkirakan mengalami penurunan 7,61% secara tahunan atau year-on-year (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya. Oleh karena itu, kinerja ekspor untuk sepanjang tahun 2023 diperkirakan -11,48%yoy, di bandingkan laju pertumbuhan ekspor 2022 yang tercatat 26,05%yoy.

“Meskipun ada kenaikan harga batu bara di bulan Desember 2023 karena peningkatan permintaan musiman selama musim dingin, dan harga CPO yang relatif stabil yang dipengaruhi oleh dampak El Nino dari sisi pasokan serta permintaan global cenderung melemah,” ujar Josua.

Kinerja Impor Diprediksi Tumbuh

Sementara kinerja impor diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,74% yoy, melambat dari 3,29% yoy pada bulan November 2023. Secara keseluruhan pada tahun 2023.

Impor diperkirakan akan menurun lebih rendah daripada ekspor karena mengalami kontraksi sebesar -6,35%, dibandingkan dengan pertumbuhan 21,03% yang terjadi pada tahun 2022.

Kontraksi laju impor yang lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi ekspor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus menguat terindikasi dari PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari 51,7 pada November 2023 menjadi 52,2 pada Desember 2023.

“Peningkatan PMI Manufaktur pada bulan Desember tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2023, dengan pertumbuhan produksi mencapai puncak dalam empat bulan dan pesanan baru mengalami kenaikan paling signifikan sejak Sep 2023,” ujar Josua.

Impor Tekan Kinerja Perdagangan RI

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, surplus neraca perdagangan pada akhir tahun 2023 diproyeksi sebesar US$ 1,83 miliar, atau turun dari US$ 2,41 miliar pada November 2023.

Andry mengungkapkan, angka surplus tersebut seiring dengan kenaikan impor di tengah penurunan ekspor secara bulanan.

Impor pada Desember 2023 diperkirakan akan naik 2,11% secara bulanan atau month-to-month (mom) dan secara tahunan naik 0,68% mom. Adapun ekspor turun 0,77% mom dan secara tahunan turun 8,38% yoy.

Peningkatan impor disebabkan oleh PT Pertamina yang memiliki kelebihan stok untuk pertalite pada Desember 2023. Apalagi, impor minyak sudah dilakukan sejak juli 2023 untuk stok akhir tahun.

“Sedangkan yang mempengaruhi ekspor adalah volume batu bara yang naik, membuat harga cenderung turun. Permintaan CPO ke Malaysia dan India cenderung turun, serta harga nikel yang menunjukkan pelemahan,” ujar Andry dalam risetnya, Senin (15/1).

Maka dari itu, sepanjang tahun 2023 Andry memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencetak surplus US$ 35,46 miliar. Dengan nominal ekspor sebesar US$ 258,22 miliar dan nominal impor berada di kisaran US$ 222,3 miliar.

Reporter: Zahwa Madjid