Tunggu The Fed, BI Diprediksi Masih Pertahankan Suku Bunga 6%

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (3/11/2023). Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau menjadi 6 persen pada Oktober 2023 dilakukan untuk memitigasi dampak gejolak ekonomi global terhadap kondisi stabilitas dalam negeri, khususnya nilai tukar dan inflasi.
17/1/2024, 09.06 WIB

Ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%. Sinyal penurunkan suku bunga akan mulai terlihat setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga.

Bank Indonesia tengah melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung sejak kemarin, Selasa (16/1) hingga siang hari ini, Rabu (17/1). Hasil keputusan akan diumumkan pada pukul 14.00 WIB hari ini.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai data inflasi global di negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan tekanan inflasi yang berlanjut sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai arah suku bunga kebijakan global ke depan.

Tingkat inflasi di AS pada Desember 2023 tercatat sebesar 3,4% yoy, meningkat dari 3,1% yoy di November 2023 dan di atas ekspektasi pasar yang sebesar 3,2% yoy.

“Penurunan harga energi global tertahan akibat eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama terkait gangguan di Laut Merah,” ujar Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (17/1).

Menurut Josua, BI akan mulai memangkas suku bunga acuan pada paruh kedua tahun 2024 dan akan mempertahankan suku bunga BI Rate di level 6,00%.

Sinyal Penurunan Suku Bunga BI di Semester II 2024

Ia menilai Bank Indonesia memiliki ruang untuk menurunkan BI-Rate pada paruh kedua tahun 2024. Namun bersikap hati-hati terhadap langkah The Fed dan risiko inflasi domestik yang sedang berlangsung di paruh pertama akibat El-Nino.

“Oleh karena itu, kami terus mempertahankan perkiraan kami bahwa BI-Rate akan berada di level 5,50% pada akhir tahun 2024,” ujar Josua.

Senada, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 6,00%. “Hal ini disebabkan oleh neraca dagang kembali surplus di Desember,” ujar David.

Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 mencatat surplus US$ 3,31 miliar atau surplus selama 44 bulan berturut-turut sejak mei 2020. Pencapaian ini didorong oleh sektor non migas yang berkontribusi hingga US$ 5,20 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,89 miliar.

David juga menilai, inflasi masih dalam rentang target Bank Indonesia. Inflasi bulan Desember 2023 tercatat rendah di level 2,61% yoy, menurun dari 2,86% yoy di bulan sebelumnya.

Adapun penurunan ini sejalan dengan normalisasi harga energi dan harga input produksi, yang mendukung terjaganya tingkat inflasi harga yang diatur pemerintah dan inflasi inti.

David memperkirakan, kemungkinan BI mulai menurunkan BI Rate setelah The Fed mulai menurunkan suku bunga.

Melansir Reuters, The Fed pada Desember 2023 mempertahankan suku bunga kebijakannya tetap stabil di kisaran 5,25% hingga 5,5%, sejak Juli dan mengisyaratkan langkah penurunan suku bunga pada tahun 2024.

Reporter: Zahwa Madjid