Apa Rupiah Bisa Sentuh Rp 16.000 per Dolar AS di Akhir 2024? Ini Prediksi Analis

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup melemah 84 poin atau 0,53 persen menjadi Rp15.833 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.749 per dolar AS.
5/12/2024, 11.14 WIB

Nilai tukar rupiah diprediksi tak akan menyentuh Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir 2024. Karena data-data ekonomi Indonesia masih terjaga dan Bank Indonesia (BI) akan ambil langkah cepat untuk menstabilkan rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis pukul 11.10 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,30% menjadi Rp 15.889 per dolar AS. 

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana memperkirakan nilai tukar rupiah bergerak hingga level Rp 15.965 per dolar AS sampai akhir tahun 2024.

Dengan peluang tersebut, nilai tukar rupiah masih dibayangi sentimen dari kebijakan agresif Presiden AS Donald Trump dan peluang pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) atau Fed Funds Rate.

Sedangkan dari dalam negeri, peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate masih dinantikan pelaku pasar sampai akhir tahun.

“Kemungkinan penurunan lanjutan Fed Funds Rate dan BI-Rate, masing-masing sebesar 25 basis poin pada 18 Desember 2024,” ujar Fikri kepada Katadata.co.id, Rabu (4/12).

Suku Bunga BI dan Ekonomi RI

Tak berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede juga melihat nilai tukar rupiah tak akan menyentuh Rp 16.000 per dolar AS hingga akhir tahun. Dia memperkirakan pergerakan rupiah secara rata-rata berada pada level Rp 15.865 per dolar AS.

Sementara pada 2025, penguatan rupiah akan berada pada level Rp 15.200 hingga Rp 15.700 per dolar AS. Hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk ke pasar keuangan Indonesia.

"Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed,” kata Josua.

Sementara Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai sentimen rupiah masih didominasi oleh faktor eksternal seperti geopolitik global dan perang, prospek suku bunga the Fed akibat kebijakan tarif Trump.

"Sedangkan data ekonomi domestik cukup bagus dan cenderung stail. Rupiah diperkirakan masih akan tertekan, namun BI akan terus berusaha menjaga rupiah agar tetap di bawah Rp 16.000 per dolar AS," ujarnya.

Reporter: Rahayu Subekti