Rupiah Berisiko Melemah Akibat Prospek Penurunan Suku Bunga The Fed Makin Kecil

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/agr
Warga menukarkan uang di mobil kas keliling Bank Indonesia di Sekolah Dasar Santa Maria, Kota Gorontalo, Gorontalo, Minggu (15/12/2024). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo menggelar kegiatan Semarak Rupiah Penuh Damai di Hari Natal dalam rangka pelayanan penukaran uang baru dan pecahan kecil bagi masyarakat menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
16/12/2024, 09.34 WIB

Sejumlah analis memprediksi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Hal ini disebabkan adanya penurunan prospek pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed hingga penguatan dolar AS.  

“Rupiah diperkirakan masih akan dalam tekanan dolar AS dan melemah pada hari ini karena menurunnya prospek pemangkasan suku bunga The Fed,” kata Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Senin (16/12). 

Selain itu, imbal hasil obligasi AS juga terus naik karena kekhawatiran peluang pemangkasan suku The Fed makin tipis pada 2025. Investor juga mengantisipasi pidato The Fed dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). 

Rapat yang digelar oleh petinggi The Fed itu diperkirakan akan memutuskan kebijakan penurunan suku bunga hingga 25 basis poin. Namun Ketua The Fed Jerome Powell diperkirakan akan menyampaikan kebijakan suku bunga yang hawkish atau ketat. 

Sedangkan dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) masih akan terus memantau pergerakan rupiah dan secara rutin. Hal ini untuk mengintervensi rupiah agar tidak jauh dari Rp 16.000 per dolar AS.  “Karena Rupiah hari ini akan melemah pada level Rp 15.950 hingga Rp 16.100 per dolar AS,” kata Lukman. 

Berdasarkan data Bloomberg Senin pukul 09.07 WIB, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.026 per dolar AS. Level ini melemah 18 poin atau 0,11% dari penutupan sebelumnya. 

Pasar Antisipasi Pertemuan The Fed

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar AS pada pagi ini bergerak lebih rendah dibandingkan Jumat pagi pekan lalu yaitu 107 versus 106.85. Meski begitu, perhatian pasar akan tertuju pada hasil rapat kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan pada Kamis dini hari. 

“Oleh karena itu, ada kemungkinan pergerakan rupiah terhadap dolar AS menjelang agenda tersebut tidak akan banyak, akan berkonsolidasi,” kata Ariston.

Selain itu, pelaku pasar kemungkinan tidak akan mengambil posisi yang agresif. Hal ini terlihat dari data-data AS yang dirilis belakangan seperti inflasi yang menunjukkan kenaikan melebihi proyeksi dan The Fed akan mengeluarkan sinyal keengganan untuk menurunkan suku bunga lagi.

“Sehingga potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.050 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 15.970 per dolar AS,” ujar Ariston. 

Reporter: Rahayu Subekti