Dikutip dari buku Pengantar Teori Sastra karya Wahyudi Siswanto, jenis-jenis drama dapat dibagi berdasarkan masanya yaitu drama klasik dan drama modern. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan di bawah ini:
Drama Klasik atau Tradisional
Jenis drama pertama adalah drama klasik atau drama tradisional. Pengertian drama jenis ini sering digambarkan sebagai drama rakyat. Fungsi dari pertunjukan drama tradisional adalah untuk kegiatan sosial dan keagamaan.
Masih merujuk sumber yang sama, drama tradisional merupakan drama yang diciptakan oleh masyarakat tradisional. Artinya, cerita yang diangkat berasal dari hal yang terjadi di tengah masyarakat atau semacamnya dan bersifat baku. Contohnya seperti cerita Mahabarata yang sering dipentaskan pada pertunjukan wayang orang.
Di Indonesia terdapat beberapa contoh drama tradisional seperti wayang orang, wayang kulit, ludruk, ketoprak, lenong, dan tari topeng.
Drama Modern
Drama modern merupakan jenis drama yang mencoba memasukan unsur teknologi dan hal baru pada proses pertunjukannya. Misalnya dalam seni teater modern terdapat tata busana, tata rias, tata lampu, tata ruang, dan tata panggung dikemas modern.
Berbeda dengan drama tradisional, pada drama modern ceritanya selalu berkembang dan tidak selalu merujuk pada cerita tertentu.
Beberapa contoh drama modern misalnya dramatisasi, drama baca, drama puisi, drama absurd, opera, ataupun sendratari (seni drama dan tari).
Struktur Naskah Drama
Sebagai sebuah seni pertunjukan, pementasan drama tidak akan pernah lepas dengan karya seni lainnya seperti seni tari, seni musik, seni peran, dan seni-seni lainnya. Kesemuanya itu saling berkaitan dan menjadi unsur penting pada pertunjukan drama.
Meski begitu ada satu unsur penting pada drama, unsur tersebut adalah naskah. Naskah drama punya peran penting sebagai pondasi awal. Drama sangat bergantung pada dialog lisan untuk membuat penonton mendapat informasi tentang perasaan, kepribadian, motivasi, dan rencana karakter.
Mengingat penonton melihat karakter dalam drama menjalani pengalaman mereka tanpa komentar penjelasan dari penulis, penulis drama sering menciptakan ketegangan melalui pesan-pesan dari dialog para pemain.
Berikut penjelasan tentang struktur naskah drama yang perlu diketahui:
- Prolog: merupakan bagian pembuka yang meliputi pengantar atau latar belakang yang disampaikan oleh dalang, narator, atau seorang tokoh tertentu dalam pertunjukan.
- Dialog: merupakan bagian percakapan antar tokoh pada pementasan drama. Dialog biasanya terdiri orientasi (bagian awal cerita), komplikasi (pengembangan cerita), dan resolusi (akhir cerita).
- Epilog: merupakan bagian penutup pada pertunjukan drama. Pada umumnya epilog berbentuk kalimat penutup baik itu kesimpulan ataupun amanat dari dialog dan cerita drama.
Demikian pembahasan seputar drama yang menarik untuk diketahui.