Advertisement
Advertisement
Analisis | Sinyal Lemah Ekonomi dari Surplus Neraca Dagang Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Sinyal Lemah Ekonomi dari Surplus Neraca Dagang

Foto: Joshua Siringo/Katadata
Surplus neraca perdagangan Indonesia Januari-Agustus 2020 tak sepenuhnya bermakna keberhasilan ekspansi ekonomi. Sebaliknya, menyimpan sinyal perlambatan ekonomi di tengah Covid-19.
Author's Photo
28 September 2020, 10.44
Button AI Summarize

Sedangkan, kontribusi bahan baku/penolong dan barang modal terhadap total impor juga lebih besar ketimbang barang konsumsi. Masing-masing 73,88% dan 15,93%.

Dampak buruk terhadap industri terlihat pada masa pandemi Covid-19 ini. Pada kuartal II tahun ini, pertumbuhannya terkontraksi 6,19%. Tercermin juga dari ekspor manufaktur sepanjang Januari-Agustus yang turun 4,9% menjadi US$ 82,76 miliar.

Rendahnya kinerja industri manufaktur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat kontribusinya terbesar dari sisi lapangan usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni 19,87%.

Dari sisi investasi, sampai Juni 2020 realisasinya Rp 402,6 triliun. Trennya selama lima tahun ke belakang pun terus menanjak. Namun, penurunan impor barang modal selama pandemi Covid-19 berkaitan erat dengan disrupsi mesin-mesin produksi yang menjadi salah satu komponen investasi.

Lebih dari itu, sejak 2016 hingga 2020, skor indeks Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business) Indonesia masih berkisar di posisi 62-69 poin. Hanya bertengger di posisi 73 secara global, berada di bawah Vietnam.

Tak heran jika Indonesia akhirnya hanya mengisap jempol, karena sejumlah pabrik di Tiongkok lebih memilih Vietnam untuk menanamkan modalnya. Sejumlah komponen, seperti perizinan konstruksi, registrasi properti, dan perlindungan terhadap investor minoritas masih dianggap kurang.

Pendek kata, pemerintah Indonesia masih menanggung sejumlah pekerjaan rumah yang bisa menciptakan efek domino ekonomi bila tak segera selesai. Pemerintah pun harus mencari beragam alternatif untuk membangkitkan perekonomian yang kini berdiri di ambang resesi. Jangan sampai surplus neraca perdagangan melenakan dan mutlak menganggapnya sebagai prestasi.  

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi