Pada protokol kesehatan lain di dalam survei pun menunjukkan ketimpangan serupa. Untuk tak berjabatan tangan, hanya 75,3% laki-laki yang melakukannya. Sedangkan, perempuan mencapai 87,2%. Kemudian, hanya 71,1% laki-laki tertib menjauhi keramaian, lebih rendah dari perempuan yang sebesar 81,2%. Terakhir, hanya 68,7% laki-laki yang menjaga jarak minimal satu meter. Sementara, 77,5% perempuan melakukannya.
Mayoritas (52%) responden laki-laki beralasan melanggar protokol kesehatan karena tak ada sanksi. Alasan lainnya, yakni: tak ada kejaidan penderita corona di lingkungan sekitar (38%); pekerjaan menjadi sulit (33%); harga masker, face shield, hand sanitizer, dan alat pelindung diri (APD) cenderung mahal (25%); aparat tidak memberi contoh (20%); dan mengikuti orang lain (20%).
Faktor lain yang membuat laki-laki lebih rentan terhadap corona adalah konsentrasi enzim angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dalam tubuh mereka lebih tinggi dibandingkan perempuan. Ini sebagaimana termuat dalam penelitian George M Bwire yang diterbitkan di jurnal NCBI pada Juni 2020.
Enzim ACE2 adalah protein yang terdapat di permukaan sel dalam tubuh manusia, seperti jantung, paru-paru, hidung, ginjal, dan usus. ACE2 berfungsi sebagai penggerak utama dalam jalur biokimia yang mengatur tekanan darah, penyembuhan luka, dan peradangan.
Hanya, enzim ACE2 justru bisa memperparah virus corona. Virus corona masuk melalui ACE2 dan membajak protein sel untuk mereplikasi diri. Kondisi ini diperparah karena laki-laki lebih banyak menerapkan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok.
Penelitian yang dilakukan Joan C Smith dan koleganya pada Mei 2020 mengungkapkan bahwa merokok meningkatkan kadar enzim ACE2 dalam tubuh manusia. Itu sebabnya laki-laki perokok punya angka kerentanan terpapar corona lebih tinggi.
Di Indonesia, jumlah laki-laki yang merokok lebih besar dibandingkan perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018, prevalensi konsumsi tembakau pada pria usia 15 tahun ke atas mencapai 62,9%. Sementara, prevalensi konsumsi tembakau pada perempuan usia 15 tahun ke atas hanya sebesar 4,8%.
Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi