Advertisement
Advertisement
Analisis | Mana yang Paling Favorit, E-Money atau E-Wallet? Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mana yang Paling Favorit, E-Money atau E-Wallet?

Foto:
Konsumen lebih cenderung menggunakan e-wallet ketimbang e-money setiap hari. Hal ini karena preferensi masyarakat untuk memilih layanan pembayaran digital adalah pada keamanan. Sebuah hal yang dimiliki e-wallet.
Author's Photo
29 Oktober 2020, 08.00
Button AI Summarize

Salah satu contoh penggunaan e-money adalah untuk membayar transportasi umum, sebagaimana tercermin dalam riset KIC. Misalnya, membayar tiket TransJakarta dan Commuter Line (KRL) Jabodetabek yang kini telah terintegrai dengan e-money.

Senior Wakil Presiden Transaksi Perbankan dan Penjualan Retail Bank Mandiri Thomas Wahyudi menyatakan, e-money Mandiri berbasis cip akan terus bertumbuh. Apalagi penggunaannya didominasi pada sektor transportasi dengan pangsa pasar hingga 91% dari total penggunaan e-money Mandiri, seperti dilansir dari Kontan.

Sementara, layanan e-wallet berbentuk aplikasi yang berbasis server. Keunggulannya, keamanan lebih terjamin lantaran pengguna wajib meregistrasi diri lebih dulu. Limit saldo pun lebih besar hingga Rp 10 juta.

Segmentasi pengguna e-wallet lebih terjaring. Hanya konsumen yang terhubung dengan internet dapat memanfaatkannya. Sebab e-wallet hanya berguna ketika bertransaksi secara daring dan ketika ponsel dalam keadaan hidup. Mayoritas konsumen menikmati layanan pembayaran digital ini ketika berbelanja secara daring, seperti dalam hasil riset KIC. 

Riset KIC menyatakan, pertimbangan utama konsumen memilih layanan pembayaran digital adalah keamanan. Sebanyak 62,2% konsumen menilai faktor ini sangat penting. Tak heran jika e-wallet yang memiliki fitur keamanan pendukung lebih cenderung dipilih ketimbang e-money.

Meski demikian, risiko keamanan pada e-wallet juga masih ada. Misalnya penipuan bermodus permintaan koden one time password (OTP) yang sebenarnya adalah fitur keamanan tambahan di e-wallet. Begitu juga melalui modus yang memanfaatkan fitur pengalihan panggilan (call forward).

Kerentanan tersebut menjelaskan pula untuk hasil penilaian publik terhadap keamanan penggunaan e-wallet dalam riset KIC. Bahwa, 15% menyatakannya aman. Angka ini lebih rendah dari persepsi keamanan e-money yang 17,2%. Bisa dikatakan publik memang lebih tertarik menggunakan e-wallet, tapi masih menyoroti kerentanan keamanannya.

Terlepas dari faktor keamanan, konsumen memilih layanan yang sederhana dan praktis. Hal ini sebagaimana dalam riset KIC yang menyatakan, responden menilai kemudahan penggunaan (56,8%), kenyamanan (54,6%), dan kepraktisan (53,3%) sangat penting pada sebuah layanan pembayaran digital.

Keunggulan tersebut juga dimiliki e-wallet. Misalnya Gopay dan OVO yang terintegrasi langsung ke aplikasi ojek dan taksi daring. Lalu, Shopee Pay yang berguna untuk pembayaran belanja daring dan utilitas lain dalam satu aplikasi. Hal ini yang tak dimiliki e-money.

Selain itu, e-wallet memiliki banyak promo yang juga menjadi preferensi konsumen dalam menggunakan layanan pembayaran digital. Misalnya promo cashback untuk transaksi Gofood menggunakan Gopay. Penyedia e-money sebetulnya juga memiliki promo, seperti BCA yang memberi diskon bagi pemegang kartu Flazz.

Berkaca dari data-data tersebut, penyedia layanan pembayaran digital penting berinovasi yang sesuai dengan preferensi konsumen. Dalam hal ini adalah platform yang mampu menghubungkan beragam layanan. Inovasi ini pun berpeluang membuat para penyedia layanan pembayaran digital semakin ekspansif menjangkau pelanggan.   

Pemerintah pun perlu semakin mendukung ekosistem digital yang telah terbentuk. Baik dari sisi keamanan, maupun industri. Hal ini akan menjadi hubungan yang saling menguntungkan bagi konsumen, penyedia layanan, dan pemerintah.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi