Advertisement
Advertisement
Analisis | Sejumlah Kunci Pendongkrak Kinerja Saham BUMN di Bursa Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Sejumlah Kunci Pendongkrak Kinerja Saham BUMN di Bursa

Foto: Joshua Siringo/Katadata
Kinerja harga saham perusahaan-perusahaan BUMN membaik dalam enam bulan terakhir. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah selama masa pandemi ini.
Dwi Hadya Jayani
17 November 2020, 10.31
Button AI Summarize

Meski demikian, harga saham emiten Semen Baturaja (SMBR) tumbuh 70,52% dan Semen Indonesia (SMGR) naik 32,67%. Emiten WSBP yang juga termasuk dalam sektor ini juga tumbuh 8,9%. Kenaikan ini terpengaruh sinyal pemulihan ekonomi tahun depan.

Mengutip Kontan.co.id, Corporate Secretary Semen Indonesia Group (SIG) Vita Mahreyni mengatakan, industri semen akan kembali tumbuh tahun depan. “Disokong oleh pemulihan sektor properti terlebih dahulu dan selanjutnya infrastruktur yang anggarannya direncanakan naik. SMGR masih memiliki prospek yang cerah” jelas Vita.

Empat emiten BUMN sektor properti juga berkinerja positif selama enam bulan ke belakang. Saham Wika Gedung (WEGE) meningkat dari 164 pada 5 Mei menjadi 180 pada 5 November. Lalu, Wijaya Karya (WIKA) meningkat dari 940 menjadia 1.235. Waskita Karya (WSKT) menjadi 750 dari 605. Sementara PTPP meningkat jadi 920 dari 655.

Kenaikan tersebut terdorong pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020, sebagaimana dalam laporan hasil riset JP Morgan. Pasalnya, beleid tersebut memuat penyederhanaan izin-izin yang berkaitan dengan pembangunan, seperti penataan ruang, pembebasan lahan, hingga pendirian bangunan gedung.  

Beleid tersebut juga mengatur pembentukan badan percepatan penyelenggaraan perumahan. Analis Mirae Asset Sekuritas, Joshua Michael menilainya bisa meningkatkan tingkat kepemilikan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

“Hal tersebut sejalan dengan target pemerintah untuk mendanai 157.500 rumah MBR dalam APBN 2021. Emiten Seperti PTTP, WEGE dipastikan mendapatkan manfaat. Sebab, PTPP merupakan salah satu kontraktor BUMN yang memiliki neraca keuangan yang kuat dibandingkan perusahaan sejenis,” jelas Joshua melansir Bisnis Indonesia.

Terakhir, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang pertumbuhannya terkecil di antara sektor lain. Selama enam bulan hanya meningkat 4,72%. Di sektor ini pula ada emiten yang mengalami penurunan harga saham, yakni Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebesar 16,57%.

Saham dua emiten lain di sektor ini naik masing-masing 32,52% untuk Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan 19,81% untuk Jasa Marga (JSMR). Naiknya saham PGAS terpengaruh kepastian harga distribusi gas dan sejumlah upaya pengembangan usaha.

Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menjelaskan, PGAS mendistribusikan gas senilai US$ 7 per Millions British Thermal Units (MMBTU) kepada pelanggan dari tujuh sektor industri dan sembilan pembangkit listrik PLN dengan total masing-masing 254 dan 243 BBTUD.

Sementara untuk JSMR, menurut Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani, mendapatkan katalis positif dari pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan libur akhir pekan yang cukup panjang.

“Selain itu katalis positif lainnya adalah pemulihan ekonomi terkait peredaran vaksin yang akan membantu masyarakat untuk mobilitas kembali tanpa takut dan penyesuaian tarif Jakarta-Cikampek.” Jelas Selvi mengutip Kontan.co.id.

Selain BUMN20, angin segar juga dating dari penggabungan Bank Syariah BUMN. Pada 2 Juli 2020, Erick Thohir menyampaikan akan menggabungkan Bank Syariah menjadi satu pada Februari 2021. Imbasnya, bursa saham menunjukkan tren membaik.

Pada 3 Juli 2020 harga saham BRIS 318. Lalu, pada 31 Agustus 2020 meningkat hingga 203,46% ke level 965. Pasar menilai penggabungan ini sangat berprospek lantaran nilainya mencapai Rp 214,6 triliun. Nilai ini akan menjadikannya satu-satunya bank Syariah dalam jajaran delapan besar bank dengan aset terbesar.

Namun angin segar itu segera berlalu setelah pengumuman skema merger Bank Syariah pada 21 Oktober 2020. Harga saham turun 6,81% menjadi Rp 1.300 per lembar pada perdagangan Kamis (23/10). Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai skema merger lebih menguntungkan induk usaha Bank Syariah Mandiri.  

Kendati demikian, penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi aset syariah hingga daya saing di kacah internasional. Bank hasil merger ini pun akan fokus untuk bisnis wholesale, konsumer dan UMKM.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi