Advertisement
Advertisement
Analisis | Memetakan Sektor Potensial Ekonomi Digital Indonesia Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Memetakan Sektor Potensial Ekonomi Digital Indonesia

Foto: 123RF
Sektor e-commerce tetap paling potensial bagi ekonomi digital Indonesia. Pertumbuhan nilai transaksinya ditaksir mencapai 54% tahun ini. Selanjutnya, transportasi dan makanan.
Dwi Hadya Jayani
20 November 2020, 09.29
Button AI Summarize

Hasil survei Bank DBS Indonesia pada 22 September 2020 semakim memperlihatkan peluang besar sektor e-commerce. Tercatat 66% responden akan beralih berbelanja produk non-makanan dari toko fisik ke e-commerce usai pandemi Covid-19. Belum lagi didorong oleh target pemerintah untuk mendigitalisasi 3 juta UMKM pada tahun ini yang membuka peluang bagi e-commerce terus mencetak pelapak dan konsumen baru.

Sektor selanjutnya adalah transportasi dan makanan. Pada 2025, Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikannya memperoleh GMV sebesar US$ 16 miliar. Meningkat 28% dari tahun ini yang ditaksir pertumbuhannya terkontraksi 18% akibat pandemi Covid-19.

Pertumbuhan lambat sektor transportasi dan makanan pada masa pandemi Covid-19 tak lain lantaran kebijakan PSBB. Misalnya, di Jakarta yang sempat melarang ojek daring membawa penumpang dan hanya boleh mengantar makanan. Namun, rencana merger antara Gojek dan Grab sebagai dua decacorn penyedia layanan berbagi tumpangan menjadi sentimen positif pertumbuhan sektor ini usai pagebluk, sebagaimana pendapat CEO SoftBank Masayoshi Son melansir Financial Times.

Perjalanan online menjadi sektor ketiga yang paling menjanjikan dengan proyeksi GMV sebesar US$ 15 miliar pada 2025 menurut Google, Temasek, dan Bain & Company. Hal ini lantaran 74% pengguna Indonesia menyatakan ingin berwisata lagi usai pandemi berakhir. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Vietnam.

Kebijakan pemerintah yang terus mendorong industri pariwisata pun berpeluang semakin memperkuat sektor perjalanan online. Salah satunya melalui revitalisasi empat destinasi wisata prioritas nasional oleh Kementerian PUPR yang ditargetkan rampung pada 2021. Langkah ini bisa semakin menarik minat wisatawan untuk mengunjungi keempat lokasi tersbut dan menggerakkan perekonomian lokal.

Terakhir adalah media online yang pada tahun ini berpotensi mengalami pertumbuhan GMV sebesar 24% menjadi US$ 4,4 miliar. Pada 2025, angkanya berpeluang mencapai US$ 10 miliar. Hal ini terpengaruh perubahan prilaku belanja online konsumen saat pandemi Covid-19 yang meningkat di bidang mendengarkan musik dan menonton video. Keduanya berkorelasi dengan sektor ini, khususnya industri over the top.

Pemerintah yang telah menerapkan pajak pertambahan nilai (PPN) digital untuk pelaku luar negeri melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 48 Tahun 2020, akan membuat negara bisa menambah pemasukan dari potensi seluruh sektor tersebut. Ekonomi Indonesia pun bisa terus terdongkrak dalam lima tahun mendatang. Bukan tidak mungkin juga mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Meski demikian, seperti catatan Google, Temasek, dan Bain & Company, pekerjaan rumah pemerintah adalah mengembangkan sumber daya manusia. Jika dapat melakukannya secara cepat, maka akan berpengaruh juga pada penyerapan tenaga kerja yang kian maksimal. Target pemerintah untuk semakin memangkas pengangguran pun turut tercapai.     

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi