Advertisement
Advertisement
Analisis | Bisnis Hotel Tak Meraih Berkah dari Libur Akhir Tahun Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Bisnis Hotel Tak Meraih Berkah dari Libur Akhir Tahun

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Sebanyak 15% pengguna Traveloka membatalkan reservasi hotel untuk Desember 2020. PHRI mencatat pembatalan untuk bulan yang sama naik hingga 2,5 kali lipat.
Dimas Jarot Bayu
17 Desember 2020, 17.44
Button AI Summarize

Hanya, kebijakan pemangkasan libur panjang akhir tahun tak cukup untuk menekan laju corona di Tanah Air. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah juga meningkatkan kapasitas tes dan penelusuran kontak erat kasus corona di dalam negeri.

Lebih lanjut, Dicky berharap pemerintah bisa semakin gencar mengampanyekan penerapan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Harus dari sekarang dilakukan langkah-langkah upaya penyadaran dengan strategi komunikasi risiko yang tepat. Ini supaya bisa dipahami dan dilakukan oleh semua," kata Dicky kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.

Dampak dari kebijakan tersebut adalah pembatalan reservasi hotel oleh calon pengunjung. Traveloka mencatat pembatalan reservasi hotel untuk Desember 2020 meningkat hingga 15%. Sementara, PHRI mencatat pembatalan reservasi hotel untuk bulan yang sama melalui agen pariwisata daring naik hingga 2,5 kali lipat.

Cancellation memang sudah ada ya, dampak dari itu (kebijakan pemangkasan libur panjang akhir tahun 2020),” kata Wakil Ketua Umum PHRI Maulana Yusran kepada Katadata.co.id, Senin (14/12).

Kondisi sulit industri perhotelan pun terancam terus berlanjut. Selama pandemi, tingkat okupansi hotel berbintang tak pernah menembus 40%. Padahal, tingkat okupansi hotel berbintang paling rendah hanya sebesar 43,53% pada 2019.

BPS mencatat sektor akomodasi dan makan minum yang di dalamnya termasuk industri perhotelan terkontraksi 11.86% pada kuartal III/2020. Nilainya menjadi terendah kedua dari 17 sektor yang ada.

PHRI mencatat kerugian industri perhotelan telah lebih dari Rp 100 triliun per awal November 2020. PHRI juga memperkirakan sekitar 300 ribu sampai 400 ribu pekerja hotel telah terkena PHK.

Jumlah pekerja hotel yang di-PHK berasal dari perbandingan tota kamar hotel dan koefisiennya. Yusran mengatakan, dengan jumlah kamar sebanyak 776.025 dan koefisien 0,7, jumlah pekerja di industri perhotelan di masa normal mencapai 543 ribu. Saat ini, koefisien dari jumlah kamar per pekerja turun menjadi 0,3.

“Artinya lebih dari 50% sudah tidak bekerja lagi, mungkin sekitar 300 ribu sampai 400 ribu,” kata Yusran.

Walau begitu, Traveloka mencatat hanya sedikit pelanggan yang melakukan reservasi hotel dari jauh-jauh hari selama tiga bulan terakhir. Pelanggan yang melakukan reservasi hotel lebih dari 31 hari hanya 4%. Lalu, pelanggan yang melakukan reservasi hotel 15-31 hari sebanyak 3,1%. Sebanyak 3,4% pelanggan lain melakukan reservasi hotel 8-14 hari sebelum menginap.

Selanjutnya, 5,9% pelanggan Traveloka melakukan reservasi hotel 4-7 hari sebelum menginap. Sebanyak 7,8% pelanggan melakukan reservasi hotel 2-3 hari sebelum menginap. Kemudian, 14% melakukan reservasi hotel satu hari sebelum menginap.

Sebaliknya, 61% pelanggan Traveloka memesan kamar hotel pada hari yang sama dengan saat meningap. Catatan ini menunjukkan industri perhotelan sebetulnya masih berpeluang mendapatkan surplus okupansi pada liburan akhir tahun nanti dari pengunjung yang memesan secara dadakan.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi