Advertisement
Advertisement
Analisis | Potensi Bahaya Penyebaran Varian Baru Corona di Indonesia Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Potensi Bahaya Penyebaran Varian Baru Corona di Indonesia

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Data Nexstrain menunjukkan varian baru virus corona belum sampai di Indonesia. Namun, potensi penyebarannya masih ada karena pengurutan genom virus di Indonesia belum secanggih Inggris dan negara-negara lain.
Andrea Lidwina
1 Januari 2021, 11.29
Button AI Summarize

Berdasarkan data GISAID, Indonesia telah mengunggah 198 genom virus corona dari pengumpulan periode Maret-Oktober 2020. Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan masih mempelajari sampel virus pada November-Desember.

“Dari yang sudah di-submit di GISAID, virus yang bersirkulasi di Indonesia pola mutasinya masih berkerabat dekat dengan yang di Wuhan, yang pertama kali ditemukan pada Desember 2019,” kata Amin dalam talkshow “Mutasi Virus Corona, Bagaimana Mengantisipasinya?” yang diadakan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada 24 Desember 2020.

Merujuk kepada pernyataan Amin tersebut, kebijakan pemerintah menutup sementara pintu masuk bagi warga negara asing (WNA) pada 1-14 Januari 2021 menjadi tepat. Dengan begitu, potensi transmisi B117 dari luar negeri bisa dicegah lebih dini.

Akan tetapi masih sangat terbuka kemungkinan B117 telah menyebar di Indonesia. Hal ini mempertimbangkan pengurutan genom virus corona di Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Begitu juga mempertimbangkan mutan jenis baru tersebut telah menginfeksi Singapura, sementara penutupan pintu bagi WNA belum berlaku saat ini. 

Berdasarkan data dari flightradar24, tercatat sembilan penerbangan tiba dari Singapura ke Bandara Soekarno-Hatta pada 30 Desember 2020. Tak menutup kemungkinan carrier dari Singapura sudah ada yang singgah di Indonesia.

Chief Medical Officer Inggris Chris Whitty mengatakan, sampai saat ini belum ada bukti varian baru virus corona lebih mematikan dan memengaruhi vaksinasi serta perawatan yang sudah berjalan. “Penelitian lebih lanjut masih dilakukan untuk memastikan hal ini,” katanya, seperti dikutip dari situs pemerintah Inggris.

Sementara itu, melansir CNN International, profesor di Fred Hutchinson Cancer Research Center Trevor Bedford mengatakan vaksin Covid-19 yang sekarang digunakan masih mungkin melawan varian B117, lantaran vaksin membentuk antibodi yang luas. Hanya, efektivitas vaksin mungkin akan sedikit menurun, yakni dari 95% menjadi sekitar 80-85%.

Dua produsen vaksin Covid-19, BioNTech/Pfizer dan Moderna, kini tengah menguji kemampuan vaksin mereka untuk melawan mutan baru asal Inggris. Namun, keduanya belum merilis hasil apa pun.

BioNTech/Pfizer dan Moderna memang memimpin distribusi dan penggunaan vaksin Covid-19 di dunia. Sebanyak 923,1 juta dosis vaksin BioNTech/Pfizer telah dipesan per 18 Desember, sedangkan Moderna sebesar 490,5 juta dosis pada saat yang sama. Keduanya juga sudah digunakan di sekitar 30 negara sejak awal Desember lalu.

Meski begitu, peneliti genomika dari University College London (UCL) Lucy van Dorp dalam wawancaranya dengan The Conversation menyatakan, perlu memperbarui vaksin Covid-19 dalam jangka waktu tertentu menyongsong terjadinya mutasi, seperti vaksin flu pada umumnya. Hal ini bertujuan menyesuaikan dan mengantisipasi perubahan sifat virus setiap waktu.

Pemerintah segera melakukan upaya mencegah penularan B117 dan vaksin masih memungkinkan melawannya, tapi penerapan protokol kesehatan 3M ketika beraktivitas di luar rumah mesti tetap ketat. Wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi