Advertisement
Advertisement
Analisis | Rapor Ekonomi AS di Tangan Presiden Demokrat vs Republik Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Rapor Ekonomi AS di Tangan Presiden Demokrat vs Republik

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Rata-rata pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi ketika dipimpin oleh presiden dari Partai Demokrat. Naiknya Joe Biden sebagai presiden membawa angin segar bagi pemulihan ekonomi AS pasca-pandemi.
Author's Photo
9 Januari 2021, 10.50
Button AI Summarize

Dua presiden terakhir AS, Barack Obama (Demokrat) dan Donald Trump (Republik) pun memiliki pencapaian ekonomi berbeda. Dalam situasi normal—sebelum dan setelah krisis, keduanya mampu mempertahankan rata-rata pertumbuhan ekonomi AS di tingkat 2%. Namun, keduanya mengalami krisis ekonomi dalam kepemimpinannya.

Obama perlu menuntaskan krisis ekonomi 2008 yang menyebabkan kebangkrutan berbagai lembaga pinjaman. Industri hipotek kala itu memberikan dana bagi para peminjam, naasnya mereka tak mampu mengembalikan pinjaman tersebut. Krisis tersebut disebut-sebut menjadi krisis terparah sejak depresi besar pada 1929 silam, seperti dikutip dari The Balance.

Kala itu, angka pengangguran AS pada November 2009 mencapai 9,9%. Obama perlu bekerja keras menyelesaikan persoalan dari presiden sebelumnya, George W. Bush. Ia pun berhasil menurunkan angka pengangguran pada tahun-tahun setelahnya.

Sementara itu, Trump menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Pandemi yang memaksa pembatasan mobilitas masyarakat dan penutupan sejumlah wilayah, mengganjal roda perekonomian. Apalagi laju penularan Covid-19 di Negeri Paman Sam menjadi yang tertinggi di dunia. Hingga Kamis (7/1), AS memiliki 21.857.616 kasus yang setara dengan 25% dari total kasus global (Worldometer).

Berbicara soal pengangguran, Trump berhasil melanjutkan tren penurunan persoalan tersebut dari pendahulunya, Obama. Tepat sebelum krisis akibat pandemi Covid-19 menghantam, angka pengangguran sempat di titik terendah hingga 3,5% dalam sedekade terakhir pada November 2019. Tetapi krisis melambungkan kembali angka pengangguran AS hingga ke titik 6,7% setahun setelahnya.

Pandemi Covid-19 mampu mengerdilkan krisis ekonomi pada 2008 silam. Hanya dalam beberapa minggu, jutaan pekerja kehilangan pekerjaannya. Selama sembilan minggu pertama krisis, lebih dari 38 juta pekerja melaporkan telah dirumahkan. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan krisis ekonomi 2008 lalu yang membutuhkan setidaknya 18 bulan atau 72 minggu untuk mencapai angka yang sama, seperti dilansir dari Business Insider.

Dalam menghadapi krisis ekonomi, Obama dan Trump menggelontorkan stimulus ekonomi. Keduanya tak segan mengeluarkan ratusan miliar hingga triliunan dolar AS untuk kembali menggerakkan perekonomian negara.

Obama menerbitkan “American Recovery and Reinvestment Act of 2009”, guna mengangkat AS dari jurang resesi. Ia menggelontorkan US$ 787 miliar atau Rp 11.018 triliun dengan kurs Rp 14.000/USD. Angka tersebut setara dengan 4,9% PDB.

Bantuan ekonomi tersebut menargetkan keringanan beban keuangan keluarga, infrastruktur, penggunaan sumber energi alternatif, fasilitas kesehatan, pendidikan, bisnis kecil, serta penelitian dan pengembangan sains.

Sementara itu, Trump mengambil langkah besar dengan menggelontorkan US$ 2 triliun atau Rp 28 ribu triliun pada Maret 2020. Pemerintahannya menambah stimulus pada Desember lalu sebesar US$ 900 miliar yang setara dengan Rp 12.600 triliun. Bantuan Negeri Paman Sam bagi rakyatnya ini setara 12,1% dari total PDB.

Dana tersebut diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain pembayaran langsung bagi tiap orang, memberikan asuransi bagi para pekerja yang dirumahkan, pendidikan, pembiayaan untuk infrastruktur broadband, pinjaman bagi bisnis kecil, pembiayaan vaksin dan panti jompo, serta bantuan untuk tempat perawatan anak.

Obama yang memulai kariernya sebagai presiden perlu menuntaskan pekerjaan rumah yang ditinggalkan Bush, pendahulunya. Tetapi Trump yang melanjutkan kinerja Obama juga berhasil menekan angka pengangguran, sebelum terpukul krisis pandemi Covid-19.

Berkaca kepada hal itu dan prestasi presiden-presiden Demokrat dalam mendongkrak ekonomi, sangat mungkin Biden memulihkan perekonomian AS. Meskipun, tantangan Biden juga besar mengingat pandemi Covid-19 yang belum pasti usai dalam waktu dekat.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi