Advertisement
Advertisement
Analisis | Dari Cupang hingga Arwana, Potensi Besar Bisnis Ikan Hias Indonesia Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Dari Cupang hingga Arwana, Potensi Besar Bisnis Ikan Hias Indonesia

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Indonesia memiliki ribuan jenis ikan hias. Nilai ekspornya dalam enam tahun terakhir terus meningkat. Di saat pandemi, bisnis budi daya ikan hias bisa bertahan.
Author's Photo
25 Februari 2021, 10.29
Button AI Summarize

Ikan cupang atau Betta sp., adalah salah satu yang paling menyedot perhatian masyarakat selama pandemi Covid-19. Ikan yang sebelumnya tenar untuk diadu, kini menjadi pajangan para pecinta ikan hias. Warnanya yang beragam serta cara pemeliharaannya yang relatif mudah menjadi daya tarik tersendiri ikan ini.

“Cukup dengan toples atau di dalam aquarium saja. Jadi sebenarnya ini potensi bisnis yang sangat menguntungkan. Selain modalnya tidak terlalu mahal, di era digital ini pun pedagang bisa berjualan dalam jaring (daring),” kata Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Bandung Dedy Arief Hendriyanto, seperti dilansir dari laman KKP.

Volume suplai (domestik keluar) dan pengiriman (domestik masuk) ikan cupang telah menunjukkan tren positif pada 2018-2019. Pada 2018, volume domestik keluar sebesar 3.334.350 ekor. Angkanya meningkat 92% setahun setelahnya menjadi 6.393.979 ekor. Tren yang sama juga terjadi pada volume domestik masuk, dari 1.813.467 ekor naik menjadi 3.294.617 pada 2019. Pertumbuhannya sebesar 82%.

Mengutip dari Alinea.id, ikan cupang berpotensi diekspor ke mancanegara. Tujuan utamanya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Singapura. Sementara itu, jenis ikan cupang yang kerap dilirik di pasar internasional berjenis dumbo ear, giant, dan half-moon.

Dalam tiga tahun terakhir, volume ekspor dan impor ikan cupang mencapai puncaknya pada 2020 lalu. Ketika industri lain berjatuhan, kuantitas ekspor dan impor ikan air tawar itu menanjak signifikan. Indonesia berhasil mengekspor 79.121 ekor ikan cupang, sedangkan impor pun juga naik menjadi 30.049 ekor sepanjang Januari-September 2020.

Kendala industri ikan hias Indonesia adalah masih sedikit jenis yang masyhur di pasaran. Dua jenis yang masyhur di kalangan pecinta ikan, menurut laporan Kementerian KKP adalah arwana berjenis super red (Schleropages formosus) dan botia (Chromobotia macracanthus).

Selain itu, produsen ikan hias Indonesia masih didominasi beberapa provinsi di Jawa. Berdasarkan data 2016, Jawa Timur yang terkenal dengan budi daya ikan koi mampu memproduksi 585,1 juta ekor. Sementara itu, Jawa Barat menyusul yang menghasilkan 571,9 juta ekor.

Terkait kendala tersebut, pemerintah tengah mendorong lebih banyak jenis ikan hias untuk “naik panggung” di pasar. Begitu juga mendorong perluasan wilayah budi daya. Hal ini lantaran budi daya ikan hias tak membutuhkan lahan luas. Sementara, nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan ikan konsumsi.

 “Seperti kita ketahui bersama, pandemi Covid-19 telah menekan berbagai sektor usaha, namun juga membuka berbagai peluang usaha baru bagi sebagian orang. Bisnis budi daya ikan hias termasuk salah satu peluang usaha baru yang banyak dilirik oleh masyarakat karena menjanjikan keuntungan yang besar apabila ditekuni,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dalam laman KKP.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi