Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Covid-19 Akan Terus Ada dan Menjadi Endemik? Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Covid-19 Akan Terus Ada dan Menjadi Endemik?

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Sejumlah ilmuwan dalam survei Nature menyepakati Covid-19 tak akan bisa hilang total dan menjadi endemik. Manusia pun harus hidup berdampingan dengan virus tersebut dalam waktu lama, meski kondisinya tak akan seburuk saat ini.
Author's Photo
16 Maret 2021, 12.39
Button AI Summarize

Empat jenis virus corona tersebut adalah OC43, 229E, NL63, dan HKU1. Setidaknya tiga dari virus tersebut telah bersirkulasi di dunia selama ratusan tahun. Dua di antaranya bertanggung jawab terhadap 15% infeksi pernapasan.

Mengingat hal itu, vaksinasi berkala penting dilakukan untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap Covid-19. Peneliti penyakit menular dari Emory University di Atlanta, Georgia, Jennie Lavine memperkirakan, ketika imunitas masyarakat telah terbentuk, mereka tak akan menunjukkan gejala berat ketika terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Lavine lebih lanjut menyatakan, Covid-19 ke depannya cenderung menyerang anak-anak, menyebabkan infeksi ringan atau bahkan tak sama sekali.

Pentingnya vaksinasi berkala juga tercermin dalam hasil survei Nature. Sebanyak 71% responden menyepakati faktor utama Covid-19 menjadi endemik lantaran sistem imun tubuh tak mampu mendeteksinya.

Sebanyak 59% responden juga menyepakati bahwa kekebalan tubuh bisa memudar setelah satu hingga dua tahun seseorang terinfeksi virus atau mendapat vaksinasi.  Temuan varian 501Y.V2 yang terdeteksi di Afrika Selatan mendukung persepsi tersebut. Mutasi virus tersebut dapat menumpulkan antibodi seseorang, termasuk orang-orang yang telah menerima vaksin Pfizer dan Moderna.

Campak bisa menjadi contoh lain vaksinasi berkala sangat penting untuk menekan laju penularan sebuah virus. Sebelum vaksin ditemukan pada 1963, penyakit ini merenggut 2,6 juta jiwa setiap tahun di seluruh dunia yang didominasi anak-anak.

Kini, meski masih berstatus sebagai endemik, campak hanya menyebar di wilayah-wilayah yang tak optimal melakukan imunisasi. Pada 2018, tercatat 140 ribu orang di dunia meninggal akibat campak.

Berdasarkan data pelacak vaksin Covid-19 yang dikembangkan Bloomberg, tingkat vaksinasi global sekitar 6,36 juta dosis per hari hingga Rabu (3/3). Dengan laju vaksinasi saat ini, dibutuhkan 4,9 tahun untuk menjangkau 75% populasi dunia dengan dua dosis vaksin. Sampai saat itu, maka protokol kesehatan dan pembatasan sosial harus tetap berjalan.

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi