Advertisement
Advertisement
Analisis | Untung Rugi Membolehkan Mudik Lebaran Tahun Ini Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Untung Rugi Membolehkan Mudik Lebaran Tahun Ini

Foto: Ilustrasi: Joshua Siringoringo/ Katadata
Pemerintah berencana membolehkan mudik lebaran tahun ini di tengah pandemi yang belum berakhir. Apalagi, saat ini ada varian baru virus corona B117 yang lebih cepat menular.
Dimas Jarot Bayu
24 Maret 2021, 07.29
Button AI Summarize

Di samping itu, sebagian besar masyarakat masih khawatir tertular virus corona. Dari survei Indikator Politik Indonesia, terdapat 83,2% responden yang menilai corona mengancam kesehatan pribadi mereka. Ini dapat menunjukkan masyarakat yang mudik akan menghindari bepergian ke tempat wisata.

“Kalau dulu kan orang mudik itu sekaligus wisata. Saya kira sekarang wisatanya tidak terlampau menonjol di tengah situasi Covid-19, sehingga multiplier effect-nya masih belum begitu besar,” kata Tauhid.

Jika dampaknya terhadap ekonomi tak telalu signifikan, mudik lebaran justru lebih berpotensi meningkatkan kasus Covid-19. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, libur panjang selalu membuat mobilitas masyarakat meningkat. Pada akhirnya turut mendongkrak jumlah kasus positif.

Merujuk data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus corona meningkat sebesar 45.895 orang atau 69,2% pada September 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan itu disebabkan adanya libur HUT RI pada 15-17 Agustus 2020 dan Tahun Baru Islam pada 20-23 Agustus 2020.

Libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 Oktober-1 November 2020, berkontribusi sekitar 58,6% kasus baru pada Desember 2020. Teranyar, kasus corona meningkat drastis hingga 130.793 orang atau 64% pada Januari 2021 akibat libur Natal dan Tahun Baru.

Selain jumlah kasus, angka kematian pun meningkat. Pandemic Talks mencatat, jumlah kasus kematian naik hingga 70% dalam 10 hari pascalibur HUT RI dan Tahun Baru Islam. Kasus kematian meningkat 26% dalam 12 hari usai libur Maulid Nabi. Kemudian, kasus kematian meningkat 42% dalam 12 hari setelah libur Natal dan Tahun Baru. 

Di sisi lain, program vaksinasi yang jadi salah satu cara menahan laju kasus corona masih belum optimal. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, baru 5,6 juta orang yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama hingga 21 Maret 2021. Sementara, baru 2,3 juta orang yang telah mendapatkan vaksin dosis kedua.

Adapun untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, setidaknya butuh 180 juta masyarakat atau 70% dari populasi Indonesia yang mendapatkan vaksin.

Atas dasar itu, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai wacana boleh mudik lebaran tidak tepat. Dia menilai kebijakan tersebut berbahaya bagi upaya pengendalian kasus Covid-19.

Terlebih di tengah munculnya varian baru corona asal Inggris bernama B117-UK yang dinilai lebih menular. Hingga 17 Maret 2021, sudah tujuh orang yang dilaporkan telah terinfeksi varian corona B117-UK. “Dengan potensi libur mudik, penyebaran besar-besaran bisa terjadi,” kata Dicky kepada Katadata.co.id.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira