Kudus adalah salah satu daerah yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia. Kasus di kabupaten yang terletak di sisi utara Pulau Jawa itu mulai meningkat tajam sepekan setelah hari raya idul Fitri.
Dalam laporan harian Pemerintah Kabupaten Kudus, jumlah kasus aktif naik dua kali lipat menjadi 307 kasus pada 20 Mei 2021. Angka itu terus bertambah pada hari-hari berikutnya, rata-rata mencapai 186 kasus baru per hari.
Selama sebulan, total kenaikan mencapai 1.360% sekaligus membuat Kudus mencatat rekor lonjakan tertinggi nasional. Semua kecamatan tercatat mengalami peningkatan kasus. Tiga kecamatan dengan jumlah kasus terbesar adalah Kudus (Kota), Jati, dan Dawe.
Merujuk data, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kasus di kota wali itu melesat. Pertama, lambannya program vaksinasi Covid-19. Pada pertengahan Mei, capaian vaksinasi di Kudus masih jauh di bawah target 607.063 sasaran. Rinciannya suntikan dosis pertama mencapai 21,9% atau 27.887 sasaran dan suntikan kedua sebesar 19,2% atau 24.386 sasaran.
Hingga pertengahan Juni ini, ada penambahan vaksinasi sebanyak 49.836 warga yang mendapatkan suntikan dosis pertama. Sementara sebanyak 26.229 orang sudah mendapat dosis kedua.
“Masih jauh dari target. Kami terus mempercepat proses vaksinasi dengan melibatkan rumah sakit dan Puskesmas yang ada di Kudus,'' kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo, Selasa 15 Juni.
Rendahnya tingkat vaksinasi menyebabkan warga yang terinfeksi corona lebih rentan mengalami kematian. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, antara 9 Mei sampai 13 Juni 2021, sekitar 87% warga Jawa tengah yang meninggal karena Covid-19 belum menerima vaksinasi. Sementara di Kudus, ada sekitar 15 orang yang meninggal per hari.
Kedua, warga banyak yang mengabaikan protokol kesehatan. Apalagi selama Ramadan dan Idul Fitri, mobilitas masyarakat meningkat. Sebagai kota wali, Kudus merupakan lokasi ziarah umat Islam. Di daerah tersebut, dimakamkan dua wali penyebar Islam di Jawa, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Alhasil tak hanya warga Kudus yang melakukan ziarah, melainkan juga dari daerah lain.
Berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, kurva persentase kepatuhan menjaga jarak di Provinsi Jawa Tengah menurun berkala dari 95% pada 17 Mei menjadi 77% pada 7 Juni. Sementara tren peningkatan persentase pergerakan masyarakat terjadi di kategori ritel-rekreasi dan pusat perbelanjaan-apotek, terhitung sejak 10 Mei hingga 12 Mei, masing-masing sebesar 29% dan 80%.
Selain itu, menurut Bupati Kudus HM Hartopo, warga yang sudah divaksinasi pun banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan dan larangan berkumpul di area publik.
“Tidak disiplin karena menganggap setelah divaksin, bisa anti-virus. Padahal vaksinasi hanya meningkatkan antibodi supaya seandainya terpapar, tidak ada gejala berat,” ujarnya.
Ketiga, munculnya varian baru virus corona yang masuk ke Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah telah memeriksa 1.989 sampel per 13 Juni.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan 28 dari 34 sampel atau sekitar 82 persen, merupakan varian Delta (B.1.617) yang pertama kali terdeteksi di India. Sampel tersebut salah satunya berasal dari Kudus. Varian baru Covid-19 tersebut memiliki penyebaran yang lebih masif.
Beban Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan beban fasilitas kesehatan meningkat. Tingkat keterisian ruang isolasi rumah sakit di Kudus sudah mencapai 83%, sedangkan keseluruhan Jawa Tengah sebesar 70%. Bahkan, berdasarkan Pemkab, empat rumah sakit di Kudus tingkat keterisiannya sudah 100%.
Pemkab Kudus menargetkan adanya tambahan 250-an tempat tidur di ruang isolasi khusus maupun ICU untuk pasien Covid-19. Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo mengatakan, pihaknya juga meminta rumah sakit rujukan pasien Covid-19 untuk menambah hingga 750-an tempat tidur.
Kendati demikian, penambahan ruangan itu membutuhkan tambahan tenaga kesehatan (nakes). Padahal banyak nakes yang terpapar Covid-19. Kemenkes telah memberikan bantuan sebanyak 81 orang nakes terdiri atas perawat, analis, dokter, hingga dokter spesialis. Bantuan ini, kata Badai, masih jauh dari kebutuhan riil di lapangan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun telah meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengirimkan dokter ke wilayah tersebut. Hasilnya, sebanyak 38 orang dokter serta 70 perawat akan dikirim ke lokasi.
Selain itu, pemerintah mengirimkan 50 ribu antigen ke Kabupaten kudus untuk memacu tes dan penelusuran. Kemenkes juga mengirimkan mobil tes polyemerase chain reaction (PCR) dari Yogyakarta.
Pemkab Kudus memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Dalam hal ini Pemkab menggandeng TNI untuk meningkatkan disiplin warga menerapkan protokol kesehatan.
Editor: Aria W. Yudhistira