Advertisement
Advertisement
Analisis | Waspada Dampak Besar Ledakan Covid-19 di Luar Jawa-Bali Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Waspada Dampak Besar Ledakan Covid-19 di Luar Jawa-Bali

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di luar Jawa-Bali saat ini harus lebih diwaspadai. Faktor utamanya adalah kualitas layanan kesehatan di daerah-daerah tersebut tidak sebaik yang ada di Jawa dan Bali.
Dimas Jarot Bayu
11 Agustus 2021, 09.02
Button AI Summarize

“Kalau dilihat, (sebarannya) enggak sama,” kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa, 13 Juli 2021.

Distribusi konsentrator oksigen pada saat ini pun masih berfokus ke Jawa-Bali. Hingga 1 Agustus 2021, terdapat 5.581 konsentrator oksigen yang telah dan akan didistribusikan ke berbagai provinsi di Indonesia.

Sebanyak 4.149 atau 74,34% konsentrator oksigen tersebut telah dan akan didistribusikan ke Jawa-Bali. Hanya 1.432 atau 25,66% konsentrator oksigen yang telah dan akan dikirimkan ke wilayah lainnya.

Meningkatnya angka kesakitan corona di tengah ketimpangan rumah sakit, tenaga kesehatan, dan oksigen tersebut akan membuat perawatan menjadi tak optimal. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, hal tersebut berpotensi membuat kasus kematian akibat corona di luar Jawa-Bali semakin meningkat.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus kematian akibat corona di luar Jawa-Bali meningkat 320,42% selama periode 9 Juli-8 Agustus 2021. Tingkat kematian tertinggi ada di Sulawesi sebesar 746,9% dan Nusa Tenggara 568,9%.

“Potensi kesakitan dan kematian akibat corona di luar Jawa akibat penularan varian Delta jauh lebih besar. Ini karena kapasitas rumah sakit, sumber daya manusia, hingga sistem rujukannya lebih lemah dari Jawa. Ada juga faktor demografi dan literasi yang masih menjadi isu,” kata Dicky kepada Katadata.co.id pada Senin, 9 Agustus 2021.

Tak hanya itu, Dicky pun mengkhawatirkan lahirnya varian baru asal Indonesia jika kenaikan kasus corona di luar Jawa-Bali tak terkendali. Terlebih, banyak kasus yang saat ini tidak terdeteksi lantaran masih rendahnya upaya pemeriksaan dan pelacakan Covid-19.

Atas dasar itu, Dicky menilai salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah demi mengantisipasi dampak kenaikan corona di luar Jawa-Bali adalah menggencarkan pemeriksaan dan pelacakan kasus. Presiden Joko Widodo sebelumnya juga meminta agar dua hal tersebut bisa segera ditingkatkan.

“Kalau nggak, orang punya kasus positif sudah menyebar ke mana-mana. Segera ditemukan,” kata Presiden.

Joko pun meminta agar para pemerintah daerah, khususnya di luar Jawa-Bali bisa menekan mobilitas masyarakat. Hal tersebut setidaknya perlu dilakukan selama dua pekan.

Mantan walikota Solo itu pun berpesan agar pemerintah daerah di luar Jawa-Bali menyiapkan tempat isolasi terpusat. Menurutnya, tempat isolasi terpusat dapat menggunakan sekolah, balai, atau gedung-gedung olahraga.

“Saya minta Menteri PUPR (Basuki Hadimuljono) juga membantu daerah dalam rangka penyiapan isolasi terpusat ini,” kata dia.

Di samping itu, pemerintah pusat dan daerah perlu mendorong vaksinasi corona di seluruh daerah. Vaksinasi penting sebagai salah satu langkah mengurangi tingkat keparahan dan risiko kematian akibat corona.

Pada saat ini, kecepatan vaksinasi masih belum merata antardaerah. Di Jakarta, misalnya, cakupan vaksinasi untuk dosis pertamanya telah mencapai 80,65% dari total populasi. Sementara, vaksinasi untuk dosis kedua di Jakarta telah mencapai 33,51%.

Hal berbeda terlihat di Lampung yang baru menyuntikkan dosis pertama vaksin kepada 7,15% dari total populasinya. Warga Lampung yang telah mendapatkan dosis kedua vaksin pun baru mencapai 4,79%.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira