Advertisement
Advertisement
Analisis | Dampak Ekonomi dan Emisi Karbon dari Ajang Formula E Jakarta Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Dampak Ekonomi dan Emisi Karbon dari Ajang Formula E Jakarta

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Di luar soal bisnis, Formula E ingin mengampanyekan visi global pengurangan emisi karbon melalui kendaraan listrik.
Adi Ahdiat
18 Mei 2022, 06.54
Button AI Summarize

Peningkatan terjadi karena pada musim balapan tersebut Formula E menyelenggarakan balapan di 11 negara berbeda, terbanyak sepanjang sejarahnya. Hal ini tentu sangat berdampak pada naiknya bobot emisi karbon dari aktivitas kargo dan perjalanan internasional para stafnya. 

Emisi karbon sebesar 45.000 ton CO2e, yang menjadi emisi terparah sepanjang sejarah Formula E, sesungguhnya masih jauh lebih rendah ketimbang emisi ajang Formula 1 yang menyentuh 256.551 ton CO2e per musim balapan 2019.

Namun, FEO tetap menyatakan komitmen untuk mengurangi emisi karbon Formula E sebesar 45% pada 2030, dengan menjadikan bobot emisi periode 2018/2019 sebagai patokan awal.

Upaya FEO untuk mengurangi emisi karbon dilakukan dengan memprioritaskan penggunaan jasa kargo kapal laut ketimbang pesawat terbang. FEO bahkan menerapkan kebijakan pembatasan perjalanan dinas, di mana hanya staf sangat penting yang dikirim ke negara-negara tuan rumah sepanjang musim balapan.

FEO juga tercatat sudah menerapkan skema pengimbangan karbon atau carbon offsetting. Dengan skema ini FEO berupaya mengimbangi emisi karbon yang tak terhindarkan dari kegiatan Formula E dengan berinvestasi pada proyek-proyek berkelanjutan di sejumlah negara yang pernah menjadi tuan rumah balapannya. 

Menurut keterangan di situs resminya, FEO telah berinvestasi pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), proyek pemanfaatan biogas, serta program reduksi emisi dinitrogen oksida (N2O) dari sektor pertanian.

Jika diakumulasikan, sampai awal 2022 Formula E sudah terlibat dalam proyek carbon offsetting di 8 negara, dengan total estimasi pengurangan emisi sebesar 4,33 juta ton CO2 per tahun.

Angka tersebut jauh di atas emisi karbon tahunan Formula E, bahkan jauh melampaui akumulasi bobot emisi karbonnya selama 7 tahun yang hanya sebesar 161.100 ton CO2e pada periode 2014-2021.

Hal tersebut membuat Formula E didaulat sebagai satu-satunya ajang balap mobil yang menerapkan nol-emisi karbon atau net zero carbon emissions. Artinya, jumlah emisi yang dihasilkan dari seluruh rangkaian kegiatan Formula E tidak melampaui jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.

"Salah satu momen saya yang paling membanggakan adalah saat Formula E diakui sebagai ajang olahraga pertama dalam sejarah yang memiliki sertifikat net zero carbon sejak awal kelahirannya," kata CEO Formula E Jamie Reigle dalam Formula E Season 6 Sustainability Report (2020).

"Jarang ada ajang olahraga yang memiliki tujuan lebih besar dari olahraga itu sendiri, tapi Formula E punya itu," pungkas Jamie Reigle.

Menyelaraskan Formula E Jakarta dengan Visi Global

Sebagai salah satu negara tuan rumah Formula E di periode 2021/2022, Indonesia, khususnya Jakarta, berupaya menyelaraskan diri dengan berbagai visi yang diusung oleh ajang internasional ini.

Terlebih, visi Formula E terkait adopsi kendaraan listrik dan energi terbarukan tampaknya cukup relevan dengan minat masyarakat Indonesia.

Menurut laporan survei Katadata Insight Center (KIC) yang dirilis Jumat, 22 April 2022, sebagian besar masyarakat Indonesia bersedia menggunakan kendaraan listrik, baik itu berupa motor, mobil, sepeda, maupun skuter listrik. 

Sayangnya, mayoritas warga belum memiliki pengetahuan terkait energi terbarukan. Dari 4.821 responden yang disurvei di seluruh Indonesia, hanya 38,6% yang sudah pernah mendengar dan mengetahui arti “energi terbarukan”. Sedangkan 34,1% lain belum tahu artinya, dan 27,3% bahkan belum pernah mendengar sama sekali. 

Melihat kondisi tersebut, gelaran Formula E Jakarta sangat potensial dimanfaatkan sebagai sarana edukasi terkait isu kendaraan listrik dan energi terbarukan untuk masyarakat Indonesia, tentunya dengan gimik balapan yang menarik dan menghibur, tepat seperti visi yang diusung Formula E sejak awal kelahirannya.

“Kami berharap bisa menginspirasi masyarakat di seluruh dunia untuk percaya bahwa melindungi lingkungan kita bukan hanya keputusan pribadi, tapi satu-satunya keputusan yang ada,” kata CEO Formula E Jamie Reigle dalam Formula E Season 7 Sustainability Report (2021).

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira