Advertisement
Advertisement
Analisis | Dilema Dua Sisi Media Sosial di Tangan Gen Z Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Dilema Dua Sisi Media Sosial di Tangan Gen Z

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Sebagai digital native, Gen Z sangat lekat dengan penggunaan media sosial. Namun media sosial memunculkan dilema. Di satu sisi jadi sumber kreativitas, tetapi juga dapat memicu kecemasan Gen Z. Mengapa?
Vika Azkiya Dihni
29 Agustus 2022, 18.22
Button AI Summarize

(Baca: Kecemasan Gen Z di Balik Gemerlap Citayam Fashion Week)

Menurut laporan American Psychiatric Association (APA), sebanyak 37% Gen Z di Amerika Serikat (AS) menerima terapi kesehatan mental. Persentase itu menjadi yang terbanyak ketimbang generasi lainnya.

Selain itu, hanya 45% individu Gen Z yang mengatakan bahwa kesehatan mental mereka baik atau sangat baik. Angka ini 11% lebih rendah dari generasi sebelumnya atau milenial. 

Laporan tersebut juga menyebut bahwa hampir setengah dari Gen Z (45%) mengatakan, media sosial membuat mereka merasa dihakimi. Kemudian ada 38% melaporkan perasaan buruk tentang diri mereka sendiri sebagai akibat dari penggunaan media sosial.

Meski demikian, terlihat adanya dampak positif penggunaan media sosial dari perilaku generasi muda, salah satunya terkait kreativitas. Kreativitas Gen Z bahkan bisa menjadikan media sosial sebagai mesin uang.

Sebuah survei yang digagas oleh Adobe dan Harris pada 2020 menemukan bahwa lebih dari setengah Gen Z  (56%) menganggap diri mereka kreatif. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 44% dari mereka yang berusia di atas 24 tahun.

Media sosial menjadi outlet inspirasi di antara Gen Z, di mana 47% di antaranya mengatakan bahwa menggunakan media sosial membuat mereka lebih kreatif.

Penggunaan media sosial pada Gen Z tidak serta-merta hanya memberikan dampak negatif. Namun, di satu sisi dampak positif yang didapatkan salah satunya bisa mengembangkan kreativitas mereka.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira