Tak hanya itu, laki-laki juga diklaim memiliki gaya hidup yang lebih tidak sehat ketimbang perempuan. Misalnya, merokok dan minum alkohol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit kardiovaskular.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, proporsi laki-laki yang merokok setiap hari sebesar 47,3%. Sedangkan, hanya 1,2% perempuan yang merokok setiap hari, bahkan sebanyak 96,8% bukan perokok.
Konsumsi minuman beralkohol pada laki-laki pun lebih tinggi. Proporsinya sebesar 6,1% jauh di atas persentase perempuan yang mengonsumsi alkohol yang cuma 0,4%.
Meski begitu, proporsi perempuan yang makan makanan berisiko lebih besar. Ini yang membuat mereka juga bisa terpapar penyakit kardiovaskular. Misalnya, sebanyak 30,5% perempuan terbiasa mengonsumsi makanan asin lebih dari satu kali per hari, sementara angkanya untuk laki-laki sebesar 28,9%.
Lalu, sebanyak 42,8% perempuan juga memiliki kebiasaan konsumsi makanan berkolestrol dan berlemak lebih dari satu kali per hari. Proporsi tersebut lebih besar dari laki-laki yang sebesar 40,7%.
Akibatnya, prevalensi perempuan dewasa yang menderita obesitas mencapai 29,3%. Angka ini dua kali lipat dari prevalensi laki-laki yang sebesar 14,5%.
Karena itu, prevalensi perempuan dan laki-laki di Indonesia yang terkena penyakit kardiovaskular pun tidak jauh berbeda. Angkanya pada penyakit jantung sebesar 1,6% untuk perempuan dan 1,3% untuk laki-laki. Sedangkan pada penyakit stroke, prevalensi laki-laki sedikit lebih tinggi dari perempuan, yakni masing-masing sebesar 11 per mil dan 10,9 per mil.
Hanya prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter yang menunjukkan perbedaan signifikan. Angkanya pada perempuan mencapai 10,95%, sementara laki-laki sebesar 5,74%.
Namun, profesor Johns Hopkins University Patricia Davidson, dalam tulisannya di The Conversation (2017), mengatakan perempuan umumnya 10 tahun lebih tua ketika pertama kali mengalami atau didiagnosis punya kelainan jantung. Salah satunya karena gejala yang dialami tidak lazim mengarah ke penyakit jantung.
“Maka besar kemungkinan mereka sudah punya kondisi lain, seperti arthritis dan diabetes, yang biasanya membuat mereka mendapatkan hasil akhir yang lebih buruk,” tulisnya.
Jadi, meski perempuan tercatat bisa hidup lebih lama ketimbang laki-laki, mereka belum tentu menjalaninya dalam kondisi yang lebih sehat.
Editor: Aria W. Yudhistira