Advertisement
Advertisement
Analisis | Pangkal Masalah Seretnya Pasokan Dokter Spesialis di Indonesia Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Pangkal Masalah Seretnya Pasokan Dokter Spesialis di Indonesia

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Kementerian Kesehatan menghitung butuh waktu panjang untuk mencukupi kebutuhan jumlah dokter spesialis di Indonesia, yaitu antara 7-36 tahun. Berbagai langkah solusi dijalankan, salah satunya merevisi UU di bidang kesehatan. Apa saja masalah seputar ketersediaan dokter spesialis?
Reza Pahlevi
16 Januari 2023, 09.10
Button AI Summarize

Masalah Distribusi atau Produksi?

Jika dilihat per provinsi, jumlah dokter spesialis masih terpusat di Pulau Jawa. DKI Jakarta terdapat 10.137 dokter spesialis, Jawa Timur sebanyak 7.725 dokter spesialis, Jawa Barat sebanyak 7.235 dokter spesialis, dan Jawa Tengah sebanyak 5.017 dokter spesialis. 

Meski jumlah penduduknya lebih sedikit, DKI Jakarta memiliki dokter spesialis terbanyak. Ini membuat rasio dokter spesialis di Jakarta mencapai 0,78 dokter per 1.000 penduduk. Angka ini jauh di atas provinsi lainnya. 

Namun distribusi yang tidak seimbang ini bukan satu-satunya masalah. Dokter-dokter spesialis cenderung enggan berpraktik di luar Jawa lantaran kurangnya fasilitas dan alat-alat kesehatan di luar Jawa. 

Contohnya fasilitas layanan penyakit stroke. Data Kemenkes menunjukkan, hanya ada 19 rumah sakit umum pemerintah yang memiliki layanan ini di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, hanya empat layanan stroke yang berada di luar Sumatra, Jawa, dan Bali.

Padahal, prevalensi stroke di luar ketiga pulau tersebut juga terhitung tinggi. Rata-rata prevalensi stroke di Kalimantan, misalnya, mencapai 12,4%. Padahal tidak ada rumah sakit pemerintah yang memiliki layanan stroke di Kalimantan.

Masalah lain adalah minimnya lulusan pendidikan dokter spesialis. Saat ini, hanya ada 20 dari 92 fakultas kedokteran yang memberikan program pendidikan dokter spesialis di Indonesia. 

Tidak hanya kekurangan fakultas, produksi dokter spesialis dari 20 fakultas ini juga masih rendah. Selain itu, baru ada 12 provinsi yang dapat menghasilkan dokter spesialis di Indonesia. 

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat ada 1.999 lulusan pendidikan dokter spesialis di Indonesia pada 2021. Jumlah lulusan ini hanya 10,7% dari kekurangan dokter spesialis yang dicatat Kemenkes.

Tidak hanya jumlahnya yang minim, lulusan mayoritas berada di Jawa. Hampir 70% dari total lulusan dokter spesialis berasal dari kampus-kampus di Pulau Jawa. 

Sedikitnya lulusan dokter spesialis menyebabkan butuh waktu bertahun-tahun untuk memenuhi kebutuhan sesuai Permenkes 56/2014. Kemenkes memperkirakan, butuh waktu antara tujuh sampai 36 tahun untuk memenuhi target dokter spesialis. Perbedaan durasi ini menyesuaikan dengan jenis dokter spesialis.

Kemenkes berupaya meningkatkan kuota mahasiswa per dosen untuk mengatasi persoalan ini. Sekarang rasionya masih 1 dosen untuk 3 mahasiswa (1:3) akan dinaikkan menjadi 1 banding 5. Jumlah dosen juga rencananya akan ditambah dua kali lipat dari yang ada sekarang.

Perubahan skema ini tidak otomatis memangkas waktu produksi dokter spesialis. Meski waktu pemenuhan dapat dipangkas, simulasi Kemenkes menunjukkan, pemenuhan kebutuhan dokter spesialis masih membutuhkan waktu hingga 8 tahun dengan rencana skema baru ini.

Budi juga mengungkapkan, rencana penambahan fakultas kedokteran untuk pendidikan dokter spesialis di tiap daerah. “Kalau kita buka (FK spesialis) di Papua kemungkinan mereka stay (di Papua) jauh lebih besar dibandingkan orang Surabaya kita paksa kirim ke Papua,” kata dia.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira