Advertisement
Advertisement
Analisis | Adu Kuat Indonesia - Vietnam Memacu Ekonomi dan Investasi Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Adu Kuat Indonesia - Vietnam Memacu Ekonomi dan Investasi

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Tim Nasional Indonesia menelan kekalahan melawan Vietnam di babak semifinal sepak bola Piala AFF 2022. Namun persaingan tidak hanya di lapangan hijau, kedua negara juga bersaing di bidang ekonomi, terutama menarik investasi asing. Apa saja tantangan Indonesia dan Vietnam dalam menggerakkan perekonomian?
Andrea Lidwina
18 Januari 2023, 07.55
Button AI Summarize

Ekonomi Digital 

Di ranah ekonomi digital, Indonesia memiliki gross merchandise value (GMV) atau total nilai ekonomi lebih besar dari Vietnam. Berdasarkan laporan “e-Conomy SEA 2022” yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, nilainya US$77 miliar untuk Indonesia dan US$23 miliar untuk Vietnam pada 2022.

Meski begitu, pertumbuhan GMV secara tahunan Vietnam menjadi yang paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 28%. Bahkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi digital negara ini diprediksi sebesar 31% per tahun hingga mencapai US$49 miliar pada 2025.

Tidak hanya itu, adopsi layanan digital oleh pengguna digital urban di Vietnam pun secara umum lebih besar dari Indonesia. Misalnya, sebanyak 96% pengguna digital di perkotaan menggunakan layanan e-commerce di Vietnam, sementara proporsinya di Indonesia sebesar 89% pada 2022.

Populasi Usia Produktif

Dari sisi demografi, Indonesia dan Vietnam memiliki tren serupa. Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) di kedua negara masih mendominasi, yakni 70,7% di Indonesia dan 67,6% di Vietnam pada 2020. 

Hal ini menunjukkan Indonesia dan Vietnam tengah menikmati bonus demografi—kondisi saat jumlah penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang penduduk usia nonproduktif.

Hayes dan Setyonaluri dalam laporan “Taking Advantage of the Demographic Dividend in Indonesia: A Brief Introduction to Theory and Practice” yang dirilis United Nations Population Fund (UNFPA) pada 2015 mengatakan, penduduk usia produktif yang melimpah bisa meningkatkan produksi per kapita dan pertumbuhan ekonomi jika pasar tenaga kerja mampu menyerapnya.

“Kalau tidak bisa [diserap pasar tenaga kerja], maka akan banyak angkatan kerja yang menganggur dan berpotensi menjadi sumber ketidakstabilan ekonomi dan politik,” tulis Hayes dan Setyonaluri.

Karena itu, bonus demografi perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik dari segi pendidikan maupun kesehatan. 

Skor Indeks Modal Manusia (Human Capital Index/ HCI) Indonesia yang sebesar 0,54 lebih rendah dibandingkan Vietnam yang sebesar 0,69 pada 2020. Skor Vietnam pun menjadi yang tertinggi di antara negara-negara berpendapatan menengah bawah.

Meski begitu, penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dan Vietnam mengalami peningkatan. Penduduk usia 65 tahun ke atas masing-masing sebesar 9,8% dan 8,3% pada 2020. 

Kondisi ini lantas menyebabkan rasio ketergantungannya terhadap penduduk usia produktif meningkat. Angkanya di Vietnam sebesar 13%, lebih tinggi dari Indonesia yang sebesar 10% pada 2021.

Terlepas dari persaingan ekonomi, Indonesia dan Vietnam memiliki pekerjaan rumah yang sama. Salah satunya, menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan antarpenduduk. 

Rasio gini Indonesia tercatat stagnan di 0,384 pada Maret 2022 dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara, Vietnam baru berhasil menurunkan rasio gini menjadi 0,373 pada 2020, setelah berada di kisaran 0,42-0,43 dalam lima tahun terakhir.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira