Advertisement
Advertisement
Analisis | Imunisasi Tersendat, Indonesia 'Darurat' Penyakit Menular Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Imunisasi Tersendat, Indonesia 'Darurat' Penyakit Menular

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Indonesia tengah menghadapi beragam Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular. Aceh dan Papua adalah dua wilayah paling rentan. Pangkal masalahnya adalah cakupan imunisasi dasar yang rendah. Mengapa?
Aditya Widya Putri
9 Maret 2023, 15.22
Button AI Summarize

Ancaman Penyakit Selain Campak dan Polio

Angka vaksinasi yang rendah menjadi faktor penyebab utama terjadinya KLB. Pandemi Covid-19 sempat diklaim menjadi periode penurunan angka vaksinasi. Ini disebabkan saat pembatasan sosial akses Posyandu yang biasa menyediakan imunisasi gratis bagi masyarakat terhenti.

Namun ketika ditelisik ulang, angka penurunan vaksinasi sudah terjadi sejak 13 tahun ke belakang, tepatnya sejak 2011, dan turun signifikan mulai 2010. 

Secara umum selama 12 tahun, persentase balita yang sudah pernah mendapat imunisasi BCG turun 2,6%, DPT turun 3,3%, Polio turun 6,7%, dan Campak turun 7,5%.

Padahal vaksinasi dasar penting untuk mencegah tuberkulosis (BCG), menangkal difteri, batuk rejan (pertusis), dan tetanus (DPT), polio, campak, dan rubela. 

Penyakit-penyakit tersebut hanya dapat dicegah dengan vaksin. Sebelum vaksin ditemukan, mereka menjadi penyakit paling ditakuti di dunia karena menyebabkan kematian. 

Jika melihat angka cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita yang mengalami penurunan, maka Indonesia masih berada di bawah ancaman berbagai penyakit menular.

Aceh dan Papua menjadi wilayah paling rentan karena nilai imunisasinya paling rendah se-Indonesia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tentang proporsi imunisasi dasar pada anak 12-23 bulan menyebut kedua wilayah ini berada jauh di bawah rata-rata nasional, yakni 57,9 persen.

Selain Aceh dan Papua, dari 34 provinsi di Indonesia ada 15 provinsi lagi yang punya proporsi imunisasi dasar anak di bawah rata-rata nasional. Artinya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan jika pemerintah mau mencapai generasi muda yang lebih sehat dan berdaya.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira