Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Pemerintah Harus Terus Membangun Jalan? Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Pemerintah Harus Terus Membangun Jalan?

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Infrastruktur jalan merupakan urat nadi untuk meningkatkan perekonomian. Kualitas jalan yang baik dapat memperpendek jarak tempuh dari satu kota ke kota lain. Pada 2015, waktu tempuh per 100 km rata-rata 2,7 jam, kemudian berkurang menjadi 2,2 jam pada 2019. Pemerintah menargetkan bisa menurunkan lagi hingga 1,9 jam. Salah satunya melalui pembangunan jalan tol.
Andrea Lidwina
30 Mei 2023, 08.18
Button AI Summarize

Ardiyono dkk. (2018) dalam artikel “How does toll road impact accessibilities, trades, and investments in short term?” di Journal of Infrastructure, Policy and Development mengukur dampak jalan tol Cipali (Cikampek-Palimanan) bagi para pengguna jalan tersebut. 

Hasilnya, sebagian besar responden yang menggunakan jalan tol Cipali mengatakan durasi perjalanan mereka berkurang sekitar 39%. “Rerata durasi perjalanan berkurang dari 206 menit (sebelum ada jalan tol Cipali) menjadi 128 menit,” tulis para peneliti.

Dengan durasi perjalanan yang lebih singkat, para pengguna jalan dapat menghemat biaya operasional kendaraan, salah satunya untuk bahan bakar, dan menurunkan risiko kecelakaan di jalan.

Tidak hanya itu, perpindahan barang pun menjadi lebih cepat dan banyak dari sebelumnya, terutama bagi daerah yang dekat pintu keluar tol. Responden menyebut volume barang umum yang dikirim rata-rata naik 43%, sementara makanan sekitar 34,3% dibandingkan sebelum ada jalan tol Cipali.

Alhasil, kehadiran jalan tol Cipali turut memberikan dampak positif bagi perdagangan besar dan UMKM di sekitar jalan tol.

Lantas, bagaimana dengan jalan nasional?

Menurut Ardiyono dkk., durasi perjalanan melalui jalan nasional (jalur Pantura) pun berkurang hingga 45 menit setelah adanya jalan tol Cipali. Penyebabnya, kendaraan pribadi kini umumnya menggunakan jalan tol, sehingga mengurangi kemacetan di jalan nasional, yang lantas digunakan kendaraan logistik.

Namun, bersamaan dengan itu, aktivitas perdagangan UMKM di jalur Pantura mengalami penurunan. Sebagian lalu lintas yang berpindah ke jalan tol Cipali menjadi alasannya.

Kualitas Jalan Perlu Jadi Perhatian

Selain panjang, kualitas jalan perlu menjadi perhatian pemerintah. Bank Dunia mengatakan Indonesia memang sudah mendekati target output, seperti panjang jalan, tetapi masih jauh dari target outcome atau hasil, terutama untuk jalan nasional.

Salah satunya, konektivitas jaringan jalan nasional yang diukur melalui durasi perjalanan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-2024 menargetkan waktu tempuh ini menjadi 2,08 jam per 100 km pada 2023. Kemudian, ditargetkan turun lagi menjadi 1,9 jam per 100 km pada 2024.

Data Ditjen Bina Marga menunjukkan durasi perjalanan di jalan nasional terus menurun menjadi 2,2 jam per 100 km pada 2019. Sementara, menurut Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian, waktu tempuh itu kini tercatat sebesar 2,1 jam per 100 km.

Kedua angka itu memang menunjukkan penurunan, tetapi belum sesuai dengan target 2023. Terlebih, waktu tempuh perjalanan masih jauh tertinggal dari sejumlah negara tetangga yang sudah mencapai 1,5 jam per 100 km.

“Semakin travel time (waktu tempuh perjalanan) turun, maka cost juga akan turun,” kata Hedy kepada Katadata.co.id di kantor Kementerian PUPR, Jakarta pada 23 Mei 2023.

Kualitas juga dapat dilihat dari kondisi kemantapan jalan. Jalan yang mantap memiliki kondisi baik dan sedang, sementara jalan tidak mantap berarti mengalami rusak ringan atau berat.

Berdasarkan data Renstra Ditjen Bina Marga, sebanyak 92,81% jalan digolongkan mantap pada 2019. Persentase itu sebetulnya terus meningkat dari lima tahun sebelumnya, tetapi tidak mencapai target 98% yang ditetapkan pada tahun yang sama.

Persentase jalan yang mantap pun sempat turun menjadi 91,26% pada 2020 dan 91,81% pada 2021. Angkanya baru kembali naik menjadi 92,2% pada 2022. Artinya, masih ada sekitar 8% jalan nasional di Indonesia yang rusak dan perlu diperbaiki demi mendukung daya saing dan produktivitas masyarakat.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira