Advertisement
Advertisement
Analisis | Potensi Masalah di Balik Rencana Atta Halilintar Punya 15 Anak - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Potensi Masalah di Balik Rencana Atta Halilintar Punya 15 Anak

Foto: Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo/ Katadata
Jika diikuti para fansnya, keinginan Atta Halilintar memiliki banyak anak akan berdampak terhadap perekonomian. Banyak anak bakal menambah besar beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif. Idealnya setiap perempuan melahirkan dua anak selama hidupnya.
Dimas Jarot Bayu
16 April 2021, 07.55
Button AI Summarize

Atta Halilintar (26 tahun) ingin memiliki 15 anak dari perkawinannya dengan Aurel Hermansyah (22 tahun). Keinginan tersebut disampaikan Atta usai menggelar pesta pernikahan di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta, Minggu, 4 April 2021. “Semoga Tuhan mengabulkan,” kata Youtuber yang memiliki 27,2 juta pelanggan itu.

Apa yang dibayangkan lelaki kelahiran 1994 itu jauh dari ekspektasi pemerintah bahwa setiap pasangan cukup memiliki dua anak. Secara demografi, menurut PBB, tingkat pergantian populasi atau replacement rate yang ideal adalah sebesar 2,1 kelahiran per perempuan.

Artinya setiap perempuan cukup melahirkan dua anak sebagai pengganti diri dan suaminya ketika meninggal. Ini kondisi yang ideal, sehingga beban yang dipikul penduduk usia produktif tidak bertambah. Di sisi lain, peluang anak-anak mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan juga semakin besar.

Harapan Atta memiliki anak sebanyak satu tim sepak bola plus empat pemain cadangan tersebut, bahkan lebih tinggi dari rata-rata kelahiran per perempuan Indonesia pada 60 tahun lalu. Data Bank Dunia menunjukkan, tingkat kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia pada 1960 rata-rata sebesar 5,7. Ini berarti setiap ibu, melahirkan sebanyak enam anak selama hidupnya.

Setiap anak yang lahir otomatis menjadi tanggungan orang tua. Orang tua mesti berproduksi untuk menghasilkan pendapatan guna menghidupi anak-anak yang ditanggungnya. Tak hanya makan atau minum susu, tapi juga membiayai pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lain.

Sebagai salah satu Youtuber terkaya sekaligus pengusaha, Atta Halilintar mungkin punya kemampuan untuk membiayai anak-anaknya nanti. Namun bagaimana jika para pengikutnya juga mempunyai cita-cita yang sama dengan idolanya itu?

Secara agregat nasional, orang-orang belum produktif seperti anak-anak dan yang sudah tidak produktif seperti lansia, akan ditanggung oleh orang-orang yang masih bekerja. Semakin banyak yang ditanggung, maka semakin besar beban yang harus dikeluarkan.

Biasanya pengeluaran untuk tabungan, investasi, konsumsi, atau membeli rumah akan dikurangi atau tidak ada sama sekali. Secara agregat pula, hal ini akan berdampak terhadap pergerakan roda perekonomian nasional. 

Kondisi ini tercermin pada dekade terakhir pemerintahan Sukarno. Seperti terlihat dari data di bawah ini, tingkat fertilitas per perempuan mencapai rata-rata 5,5. Sementara rasio ketergantungan (age dependency ratio) melonjak hingga 87 per 100 orang usia produktif pada 1971.

Jika dirinci, tanggungan terbesar adalah pada kelompok usia anak-anak sebesar 81 per 100 penduduk usia produktif. Angka ini kemudian turun secara pasti menjadi 39 pada 2019. Penurunan ini didorong turunnya tingkat kelahiran per perempuan sebagai dampak keberhasilan program Keluarga Berencana (KB).

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira