Advertisement
Advertisement
Analisis | Bahaya Kesehatan Mengintai Saat Olahraga Pagi Hari di Jakarta - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Bahaya Kesehatan Mengintai Saat Olahraga Pagi Hari di Jakarta

Foto: Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo/ Katadata
Hobi olahraga di pagi hari di Jakarta dan sekitarnya ternyata menyimpan risiko yang bisa mengancam kondisi kesehatan. Penyebabnya tingkat polusi udara di Jabodetabek yang tinggi meski di tengah pandemi dan menurunnya aktivitas ekonomi.
Andrea Lidwina
17 Mei 2021, 20.25
Button AI Summarize

Animo masyarakat ibu kota untuk berolahraga di luar ruangan kian meningkat selama pandemi Covid-19, seperti joging atau bersepeda. Selain hobi, aktivitas ini menjadi ajang relaksasi dari kesibukan sehari-hari. Di samping untuk memperkuat ketahanan tubuh agar tidak mudah terpapar virus.

Mereka umumnya mulai berlari atau mengayuh sepeda antara pukul 04.00-09.00 WIB. Pada jam tersebut, lalu lintas kendaraan masih sepi dan cuaca yang sejuk.

Meski bermanfaat bagi kesehatan, ada risiko yang mengintai saat berolahraga di luar ruang. Musababnya, Jakarta termasuk ibu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada 2020. Laporan World Air Quality Report yang dirilis IQAir menyebutkan rata-rata tahunan konsentrasi PM2.5 Jakarta mencapai 39,6 µg/m³, mengalahkan Hanoi (37,9 µg/m³) dan Beijing (37,5µg/m³).

PM2.5 merupakan jenis polutan paling berbahaya, yang terdiri dari natrium klorida, amonia, karbon hitam, debu mineral, dan air. Ukurannya cukup kecil sehingga mampu masuk ke dalam paru-paru dan sistem peredaran darah manusia.

Semakin tinggi partikel ini terhirup ke dalam tubuh, berpotensi mengakibatkan beragam penyakit. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi ambang batas rata-rata tahunan PM2.5 hanya sebesar 10 µg/m³.


Nafas, aplikasi pengukur kualitas udara, menghitung konsentrasi PM2.5 di Jabodetabek. Periode waktu pengukuran dilakukan pada waktu masyarakat berolahraga, yakni pukul 04.00-09.00 WIB selama Agustus 2020.

Dari pengukuran tersebut tercatat konsentrasi partikel PM2.5 di kisaran 80-120 µg/m³, atau termasuk kategori tidak sehat (konsentrasi PM2.5 di atas 50 µg/m³). Bahkan, konsentrasinya sempat mencapai kategori berbahaya di Bekasi (377 µg/m³) dan Jakarta Utara (274 µg/m³).

Beberapa lokasi tujuan masyarakat berolahraga di Jabodetabek pun memiliki kualitas udara yang buruk. Berdasarkan data harian yang dikumpulkan Nafas, hanya Sentul City yang punya 11 hari tidak sehat, sementara Ancol, Pantai Indah Kapuk (PIK), dan Cibubur berkisar antara 25-27 hari. BSD menjadi lokasi paling buruk, karena terjadi setiap hari.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira