Advertisement
Advertisement
Analisis | Potensi Perbaikan Kinerja Startup dan Unicorn Pasca-IPO - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Potensi Perbaikan Kinerja Startup dan Unicorn Pasca-IPO

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Penjualan saham perdana ke masyarakat (IPO) menjadi salah satu strategi startup untuk menghimpun modal. Seperti Bukalapak yang berhasil mencetak rekor IPO dengan meraup dana Rp 21,9 triliun. Bagaimana peluang perbaikan kinerja startup dari hasil IPO itu, karena selama ini identik dengan strategi “bakar uang”?
Andrea Lidwina
18 Agustus 2021, 12.19
Button AI Summarize

Bukalapak menjadi startup unicorn Indonesia pertama yang melepas sahamnya ke publik. Dalam penawaran umum saham perdana (IPO) awal Agustus lalu, emiten berkode BUKA ini berhasil meraup dana Rp 21,9 triliun. Angka itu berasal dari jumlah penjualan 25,76 miliar saham baru dengan harga Rp 850 per saham.

Dana yang dihimpun Bukalapak merupakan yang terbesar di bursa saham domestik. Bukalapak akan menggunakan dana tersebut sebagai modal kerja induk perusahaan (66%) dan enam entitas anak perusahaan (34%).

Rachmat Kaimuddin, Presiden Direktur PT Bukalapak.com Tbk, mengatakan dana hasil IPO akan dipakai untuk mempercepat pengembangan perusahaan. Terutama memperbaiki kinerja yang selama ini masih mencatatkan kerugian.

“Kami ingin tumbuh sekaligus memperbaiki profitabilitas,” kata dia.

Strategi mencari modal publik tak hanya dilakukan Bukalapak. Sejumlah startup unicorn juga telah berencana melakukan IPO. GoTo, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia, dikabarkan tengah mengumpulkan dana US$ 1-2 miliar melalui skema IPO. Kemudian, Tiket.com dan Traveloka mengkaji opsi merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) untuk menjadi perusahaan publik.

Startup di bidang finansial Kredivo pun sedang menjalani proses penggabungan bisnis dengan VPC Impact Acquisition Holdings II selaku SPAC. Perusahaan gabungan ini akan melantai di bursa saham AS pada 2022. Sementara itu, TaniHub yang bergerak di bidang pertanian masih membutuhkan waktu untuk mengkaji opsi IPO dan melantai di bursa saham.

IPO yang menjadi tren bagi startup di Indonesia, juga tengah banyak dilakukan perusahaan jenis ini di seluruh dunia. Berdasarkan data PwC, jumlah IPO di Amerika Serikat tercatat sebanyak 552 IPO hingga kuartal II-2021, yang terdiri dari 192 IPO tradisional dan 360 SPAC. Jumlah ini pun telah melampaui catatan pada dua tahun sebelumnya, yakni 195 IPO pada 2019 dan 431 IPO pada 2020.

Seperti dilansir Investopedia, perusahaan umumnya memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau berstatus unicorn sebelum memutuskan langkah IPO. Meski begitu, perusahaan dengan fundamental yang kuat dan potensi keuntungan yang sudah terbukti juga bisa memenuhi syarat untuk melakukan aksi ini.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira