Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Lonjakan Harga Pangan Paling Memukul Orang Miskin? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Lonjakan Harga Pangan Paling Memukul Orang Miskin?

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Masyarakat miskin menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk makanan, minuman dan tembakau. Lonjakan harga pangan memberikan tekanan tambahan. Sedangkan bantuan pemerintah belum mampu menjangkau sebagian besar rumah tangga miskin.
Dzulfiqar Fathur Rahman
23 April 2022, 12.19
Button AI Summarize

Lonjakan harga pangan menambah beban masyarakat miskin. Tidak semua rumah tangga miskin menikmati bantuan dari pemerintah.

Data Badan Ketahanan Pangan (BKP) menunjukkan, banyak keluarga yang menghabiskan lebih dari 65% pengeluarannya untuk kebutuhan makanan pada 2021. Di Kepulauan Seribu, Jakarta, misalnya, 72,09% rumah tangganya mencatat proporsi pengeluaran pangan yang sangat dominan.

Pangsa rumah tangga dengan pengeluaran pangan yang dominan berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan suatu kota atau kabupaten, walaupun ada faktor lain dan beberapa daerah yang berbeda. Korelasi positif ini menandai bahwa rumah tangga dengan kondisi tersebut cenderung hidup di bawah garis kemiskinan.

Di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, sekitar 74,66% rumah tangganya menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk kebutuhan makanan pada 2021. Kota ini juga memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, yaitu 26,52%.

Lonjakan harga pangan terjadi ketika masih banyak masyarakat yang belum keluar dari kemiskinan akibat kemerosotan ekonomi selama pandemi. Pada September 2021, tingkat kemiskinan nasional tercatat sebesar 9,71%, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan kata lain, jumlah penduduk miskin bertambah 1,72 juta orang dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Seiring berjalannya pemulihan ekonomi, harga barang dan jasa mulai naik sebagai respons terhadap permintaan yang bangkit, seperti yang tercermin dalam laju inflasi inti dari tahun ke tahun. Namun, kenaikan harga bahan bakar, kenaikan tarif pajak pertambahan nilai, gangguan rantai pasok dan perang Rusia-Ukraina mendorong harga sejumlah komoditas untuk naik lebih jauh lagi.

Harga-harga juga cenderung semakin meningkat menjelang dan selama Ramadan, yang jatuh pada April 2022. Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok makanan, minuman dan tembakau naik 3,59% pada Maret dari tahun sebelumnya. Laju inflasi ini jauh lebih cepat dibandingkan periode yang sama pada 2021.

BPS melaporkan bahwa komoditas utama yang mendorong kenaikan harga makanan, minuman dan tembakau pada Maret. Kenaikan ini mencakup cabai merah, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, tempe, tahu mentah, daging sapi, bawang putih, rokok kretek filter, pepaya dan gula pasir.

(Baca: Daerah Mana Paling Tertekan Lonjakan Harga Minyak Goreng?)

Namun, tidak semua komoditas pangan mencatat kenaikan harga dan memberikan andil ke inflasi, seperti tomat dan beras.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira