Satu Senja di Kota Tua Shanghai

Muchamad Nafi
13 November 2018, 06:00
Satu Senja di Kota Tua Shanghai
Katadata | Muchamad Nafi
Kota Tua Xintiandi, Shanghai

Terang matahari hampir sirna ketika ketujuh perempuan paruh baya itu berjibaku mengambil foto di depan patung Fulushou. Seorang berambut pendek dengan uban hampir menyapu seluruh kepalanya bertugas mengabadikan keberadaan mereka di Kota Tua Xintiandi, Shanghai, Tiongkok.

Setelah beberapa kali jepret, mereka pun tertawa riang, seperti kelakuan muda-mudi yang melancong di tempat itu. “Mereka satu rombongan dengan saya,” kata Anthony yang didampingi pasangannya, Emma, kepada Katadata.co.id di  Xintiandi, Senin (12/11/2018). “Kami akan tinggal di Cina lima hari.”

Anthony dan rombongannya datang dari Montreal, Quebec, Kanada. Dua hari pertama akan dihabiskan di Shanghai lalu liburan selanjutnya bergeser ke Ibu Kota Cina, Beijing. Xintiandi merupakan salah satu rekomendasi tempat yang mereka terima. Dan tiga patung Fulushou tadi satu di antara beberapa sudut yang paling banyak menjadi objek kamera.

(Baca juga: Ada Rute Baru, Wisatawan Asal Malaysia Kalahkan Tiongkok)

Kota Tua Xintiandi Shanghai
(Katadata | Muchamad Nafi)

Konon, Fulushou merupakan tiga dewa yang populer selama berabad-abad dalam budaya tradisional Cina. Mereka adalah Fu Xing, Lu Xing, dan Shou Xing. Ketiganya melambangkan akan kebahagiaan, kemakmuran, dan umur panjang. Konsep ini diperkirakan dari Dinasti Ming. Dalam teks berbahasa Inggris di bawah patung itu tertulis “The interpretation of Fortune, Properity and Longevity”.

Salah satu yang menjadi magnet bagi wisatawan dari kawasan ini yakni bangunan-bangunan kunonya disulap menjadi restoran dan kafe. Pedestrian ditata dengan apik sehingga enak buat nongkrong di depan kafé tersebut.

Tak hanya turis, para ekspatriat, terutama dari Barat, banyak yang menghabiskan waktu di sini. Bisa jadi hal itu karena bangunan tua di sana berarsitektur Eropa, jugaa restoran dan kafenya yang memenuhi area tersebut. Dalam beberapa catatan, Xintiandi merupakan kawasan kota tua di French Quarter, Shanghai yang diubah oleh arsitek Amerika Benjamin T. Wood dan perusahaan Jepang Nikken Sekkai.

Pengembang Hong Kong Shui On Group merevolusionerkan perencanaan pembangunan kembali perkotaan di Cina, mengubah bangunan tua dan gaya asing menjadi tempat hiburan dan tempat tinggal yang mewah bagi ekspatriat dan orang-orang kaya. Mereka melakukannya dengan melestarikan gaya bangunan abad ke-15 yang menawan.

Kota Tua Xintiandi Shanghai
(Katadata | Muchamad Nafi)

Karena itu, di Xintiandi  memungkinkan ruang terbuka dan menghasilkan udara segar. Daerah seluas 128 hektare ini menjadi area pejalan kaki, sementara transportasi massalnya hanya sampai di ujung-ujung jalan, di samping gedung-gedung modern pencakar langit. Konsep ini pula yang sedang dikembangkan pemerintah Indonesia terhadap area yang memiliki bangunan tua seperti di Bandung.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...