Mayoritas Mata Uang Asia Menguat di Tengah Kabar Baru dari Eropa & AS

Martha Ruth Thertina
25 Januari 2019, 13:27
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Mayoritas mata uang Asia berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (25/1) meskipun ketidakpastian masih membayangi ekonomi global. Sebelumnya, bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) memutuskan untuk menahan bunga acuannya dan tetap merencanakan satu kali kenaikan bunga tahun ini, meskipun ekonomi di zona Eropa tengah melemah. Sementara itu, pejabat perdagangan AS menyatakan soal masih panjangnya penyelesaian isu dagang AS-Tiongkok.

Berdasarkan data Bloomberg, saat berita ini ditulis, won Korea Selatan meenguat paling besar yaitu 0,51%, diikuti ringgit Malaysia dan peso Filipina masing-masing 0,29%, yuan Tiongkok 0,28%, rupiah 0,15% ke level 14.149 per dolar AS, dan dolar Singapura 0,15%., dolar Taiwan 0,14%, dan baht Thailand 0,09%. Di sisi lain, yen Jepang dan rupee India melemah masing-masing 0,16% dan 0,08%, sedangkan dolar Hong Kong stabil.

Penguatan mata uang Asia tersebut seiring dengan meredanya penguatan dolar AS. Sebelumnya, dolar AS terpantau menguat terhadap mata uang mitra dagang utamanya, tercermin dari kenaikan indeks DXY. Itu terjadi setelah pengumuman ECB dan pernyataan pejabat perdagangan AS Wilbur Ross bahwa AS-Tiongkok masih bermil-mil jauhnya dari penyelesaian isu dagang, meskipun ada peluang kedua negara mencapai kesepakatan.

(Baca: Stanchart Prediksi Tekanan ke Kurs Rupiah Menguat Setelah Triwulan I)

Para investor ditengarai mencari dolar AS sebagai penempatan yang aman alias safe haven di tengah ketidakpastian yang ada. Meski begitu, belum ada tekanan arus keluar dana asing yang siginifikan dari pasar keuangan negara berkembang Asia di awal tahun ini, tercermin dari nilai tukar beberapa mata uang Asia yang cenderung kuat, termasuk rupiah. Ini juga tercermin pada perdagangan Jumat.

Di Indonesia, dana asing di pasar keuangan domestik terpantau stabil. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan arus masuk dana asing berlanjut lantaran meredanya ketidakpastian global. Ini di antaranya seiring proyeksi bahwa bank sentral AS tidak akan menaikkan bunga acuannya seagresif tahun lalu, ECB yang diprediksi akan memperlambat langkah normalisasi moneternya, dan peluang positif dalam negosiasi dagang AS-Tiongkok.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...