Imbas Corona, Manufaktur Diramal Terus Lesu sampai Akhir Tahun

Image title
6 Mei 2020, 13:07
Imbas Corona, Manufaktur Diramal Terus Lesu sampai Akhir Tahun.
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja membuat kostum Alat Pelindung Diri (APD) di PT Kasih Karunia Sejati , Bandulan, Malang, Jawa Timur, Senin (6/4/2020). Aktivitas manufaktur diramal terus menurun hingga akhir tahun akibat pandemi corona.

Pandemi corona berpotensi menyebabkan aktivitas industri manufaktur atau yang digambarkan dalam purchasing managers index (PMI) manufaktur diperkirakan terus menurun hingga akhir tahun. Terlebih di saat wabah corona belum bisa dipastiakan kapan berakhir, sehinga makin banyak pabrik tak bisa beroperasi. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, penurunan indeks manufaktur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sulitnya mendapatkan bahan baku dari negara lain dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Kondisi ini diperparah lantaran pemberian stimulus yang  diberikan pemerintah belum  berlaku efektif. "Kalau diperkirakan pandemi selesai September 2020 mungkin butuh waktu sampai bulan November - Desember untuk pemulihan, itu juga masih berat untuk mencapai PMI di atas 50%," kata Bhima kepada katadata.co.id, Rabu (6/5).

(Baca: Imbas PSBB, Produksi Manufaktur Turun Tajam Sepanjang Sejarah)

Menurutnya, untuk meningkatkan PMI manufaktur diperlukan beberapa kebijakan seperti menurunkan tarif listrik bagi industri padat karya, menurunkan harga gas industri hingga US$ 3 per million british thermal unit (MMBTU) dan penurunan harga minyak. Sebab, dengan melemahnya PMI manufaktur akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan ekonomi lantaran sektor ini menyumbangkan 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Dari sisi lapangan kerja, minimnya PMI manufaktur menjadi ancaman datangnya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) pada semester II tahun ini. Oleh sebab itu, diperlukan jaring pengaman sosial yang lebih besar dan tepat sasaran.

"Ini yang harus diantisipasi karena sekarang jaring pengaman sosial sangat kecil dan kartu prakerja juga belum efektif. Jadi bagaimana pemerintah harus memberi stimulus khusus korban PHK industri manufaktur," kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani menjelaskan kondisi pelemahan PMI dipengaruhi oleh dua faktor, yakni pelemahan pasar yang sudah terjadi sejak bulan lalu dan faktor regulasi.

(Baca: Terdampak PSBB, Lebih dari 24 Ribu Perusahaan Tak Bisa Beroperasi)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...